Menurut Menteri Desa (Mendes), Eko Putro Sandjojo, saat ini fokus dana desa untuk menangani masalah gizi buruk (stunting).
"Sedikitnya 30 persen anak Indonesia berpotensi stunting," ujar Eko, dalam keterangan tertulis, Rabu (6/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun ia menilai saat ini kemajuan desa sangat signifikan berkat dana desa . Pada tahun 2015, awal dana desa digulirkan sebesar Rp 20 T, dan hanya terserap 82 persen.
Namun, menurut Eko, Presiden Joko Widodo tetap berkomitmen untuk membangun dari desa. Hal itu terbukti hingga setahun kemudian dana desa ditingkatkan dua kali lipat, dan penyerapan bisa mencapai 96 persen.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Anwar Sanusi dalam sambutannya mengungkapkan peran para tokoh dan penggiat desa sangat penting, dalam upaya mendorong keberhasilan pembangunan desa.
"Kalau tidak ada dukungan dari para tokoh dan penggiat desa, kami tidak ada apa-apanya," ujarnya.
Baca juga: Dana Desa dalam Padat Karya Tunai |
Menurut Anwar, para penggiat desa merupakan aktor yang menggerakkan seluruh komponen desa agar mampu berjalan beriringan sehingga seluruh program yang ditawarkan pihaknya selalu mendapatkan sambutan positif dari masyarakat.
Di sisi lain, dia mengakui, untuk mencapai keberhasilan yang maksimal, membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
"Empat tahun belum seberapa untuk kita melihat desa yang mandiri," ucapnya yang juga merupakan ketua panitia acara Buka Bersama.
Karenanya, dia berharap diadakannya silaturahim ini bisa semakin meneguhkan komitmen bersama. Untuk terwujudnya desa yang maju, sejahtera, dan mandiri.
Hadir pada acara tersebut sejumlah pembicara seperti Direktur Indo Barometer Muhammad Qodari, Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki, akademisi UIN Yogyakarta Abdul Rozaki, Ketua Komisi V DPR RI Faris Djemy Francis, Ninuk Mardiana P, dan pengurus Lakpesdam PBNU Ulfi Ulfiah.
(mul/mpr)











































