Dalam keterangan resmi yang diterima detikFinance, Selasa (26/6/2018), ada 10 poin yang disampaikan pihak Garuda. Pertama perseroan mengapresiasi masukan dari pria yang akrab disapa RR tersebut.
Dalam pernyataannya, Garuda Indonesia menyampaikan apresiasi atas dukungan dan komitmen peningkatan kinerja operasional yang disampaikan oleh Rizal Ramli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Melalui dukungan komitmen tersebut kami akan terus berupaya meningkatkan laju kinerja operasional yang hingga Q1-2018 ini terus menunjukkan pertumbuhan positif. Garuda Indonesia juga turut memproyeksikan pada akhir tahun ini perusahaan dapat membukukan laba sebesar US$ 10 juta-15 juta," tulis keterangan tersebut.
Kedua, Garuda memberi penjelasan terkait jumlah direksi yang jumlahnya mencapai 8 posisi. Sebelumnya RR menuding jumlah direksi sebanyak itu hanya untuk akomodasi politik.
"Struktur manajemen (yang terdiri dari 8 direksi) tersebut menyeleraskan dengan tren dan volume bisnis perusahaan yang terus berkembang," jelasnya.
Ketiga, Garuda juga menyampaikan kondisi keuangannya yang terus membaik. Hal itu diperlihatkan dari capaian sepanjang kuartal I 2018.
Sepanjang kuartal I 2018, Garuda mampu menekan kerugian maskapai hingga 36,5% menjadi US$ 64,3 juta atau setara Rp 868 miliar (Kurs Rp 13.500), dibandingkan periode sama tahun 2017 sebesar US$ 101,2 juta atau sekitar Rp 1,36 triliun.
Perusahaan juga mencatatkan kenaikan pendapatan operasional sebesar 7,9% menjadi US$ 983 juta atau setara Rp 13,27 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 910,7 juta.
Keempat, Garuda memaparkan data tahun 2017, yang mana perseroan berhasil menekan tren kerugian dari kuartal I 2017 sebesar US$ 99,1 juta menjadi US$ 38,9 pada kuartal II 2017.
Garuda Indonesia juga mampu membukukan laba operasi sebesar US$ 61,9 juta pada periode kuartal III 2017 (diluar tax amnesty dan extraordinary items sebesar US$ 145 juta). Jumlah itu naik 216,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kelima, Garuda menyatakan terus berupaya renegosiasi kontrak pesawat termasuk komitmen penundaan kedatangan pesawat baru hingga tahun 2019-2020, serta memaksimalkan utilitas pesawat yang ada saat ini.
Utilitas pesawat pada tahun 2018 ini ditargetkan menjadi 10 jam 24 menit, meningkat dibandingkan tahun 2017 sebesar 9 jam 36 menit, khususnya dengan memaksimal rute padat penumpang dengan yield tinggi.
Keenam, sejalan dengan upaya efisiensi, Garuda pada 2017 juga telah melaksanakan renegosiasi kontrak pesawat bersama pihak manufaktur atau lessor, sehingga dapat menurunkan harga sewa pesawat hingga 25%.
Selain itu, Garuda terus memaksimalkan potensi armada yang ada saat ini dengan restrukturisasi jaringan penerbangan, khususnya dengan memaksimalkan pasar penerbangan dengan trafik tinggi.
Ketujuh, Garuda menjelaskan tidak pernah mengagendakan pengadaan pesawat Airbus A380. Saat ini Garuda hanya mengoperasikan jenis armada Boeing 777-300 ER, Boeing 737-800 NG, Airbus A330-300/200, CRJ Bombardier 100, ATR 72-600.
Kedelapan, dalam mengimplementasikan kebijakan training crew penerbangan, Garuda menjalankan pola training yang mengacu pada kebijakan dan regulasi, baik yang dikeluarkan pemerintah maupun lembaga berwenang lainnya.
Kesembilan Garuda memegang prinsip good corporate governance dengan transparansi mekanisme pengadaan yang mengedepankan konsep e-procurement. Selain itu Garuda Indonesia juga akan mendapatkan harga yang efisien dan kompetitif.
Kesepuluh, mengacu perkembangan pasar LCC yang semakin berkembang, Garuda turut memaksimalkan potensi tersebut melalui anak usaha Citilink yang bergerak di segmen penerbangan murah. (hns/hns)