Lantas, apa saja masalahnya? Pria yang akrab disapa RR ini menyebut masalah pertama ada di tubuh direksi, mulai dari kompetensi dan jumlah jajaran yang duduk di kursi direksi.
"Masalah utama Garuda, pengangkatan direksi tak berlandaskan kompetensi. Jumlah direksi terlalu banyak. Delapan orang hanya untuk akomodasi politik. Bukan untuk optimalisasi organisasi. Banyak yang bukan bidangnya," ujar RR di kawasan Tebet, Jakarta, Senin (25/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian masalah ketiga menurut RR mengenai flight atau penerbangan dan rute manajemen yang dianggap payah. Pasalnya perseroan hanya melakukan cost cutting (pemotongan biaya) dan cross the board. Hal ini dianggapnya kurang tepat.
"Ini bahaya. Kalau yang dipotong anggaran training Garuda, ini (training) penting sekali untuk bisnis penerbangan karena menyangkut safety (keselamatan). Kalau ini yang dipotong bahaya buat reputasi Garuda," sebutnya.
Keempat, RR menduga ada yang salah dalam pembelian logistik untuk keperluan Garuda. Dia menilai sistem pengadaannya tidak kompetitif, sehingga harga yang harus dibayar lebih mahal.
Dirinya juga menganggap manajemen rute Garuda tidak begitu baik. Selain itu strategi marketing Garuda juga tidak rapi. Dia mencontohkan Garuda yang seharusnya sebagai premium airline, dicampur dengan strategi low cost carrier.
"Garuda kan punya anak perusahaan low cost. Kalau banting harga urusan Citylink. Jangan Garuda yang sangat bagus pelayanan kualitasnya internasional. Itu mau diturunkan mendekati low cost dengan cara habis habisan. Ini contoh," tambahnya. (hns/hns)