Dolar AS Rp 14.000, Pengusaha Kapal Harap Ada Bunga Khusus Kredit Usaha

Dolar AS Rp 14.000, Pengusaha Kapal Harap Ada Bunga Khusus Kredit Usaha

Dana Aditiasari - detikFinance
Minggu, 01 Jul 2018 16:33 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Ketua Umum DPP Indonesia National Shipowners' Association (INSA) Carmelita Hartoto mengharapkan, industri pelayaran nasional mendapat pendanaan yang kompetitif dengan besaran bunga yang berbeda dari bunga perbankan pada umumnya.

Harapan tersebut disampaikan untuk menangkal bebannya biaya operasi yang tengah tinggi di industri pelayaran akibat kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah yang hari ini kembali menyentuh Rp 14.255.

"Kita mengharapkan untuk industri pelayaran nasional adanya pendanaan kompetitif yang dibedakan dengan bunga perbankan pada umumnya," kata dia, Minggu (1/7/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Ia membeberkan, akibat kenaikan nilai dolar AS, pelaku industri pelayaran saat ini harus mengencangkan ikat pinggang. Sejumlah biaya operasional mengalami kenaikan akibat perubahan nilai tukar tersebut.

Beberapa beban biaya yang perlu dibayarkan dalam mata uang dolar Amerika itu seperti, spare part kapal. Karena diketahui, sebagian besar spare part kapal saat ini masih lebih banyak impor.

Selain itu, pinjaman kepada bank asing dalam pembangunan kapal yang perlu dibayarkan dalam bentuk dolar Amerika.

Komponen lainnya adalah asuransi kapal dengan perusahaan asuransi asing. Tentunya hal ini memberatkan perusahaan pelayaran, mengingat income pelayaran domestik bagi perusahaan pelayaran nasional menggunakan mata uang rupiah.

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, juga berdampak peningkatan cost of transaction para importir Indonesia.

Bagi importir, biaya yang dikeluarkan untuk nilai suatu barang tertentu akan ikut terkerek naik jika nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika terus mengalami pelemahan.


Adapun, bagi eksportir justru terjadi sebaliknya. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika akan membuat nilai dari hasil produksi suatu barang yang diproduksi menjadi lebih tinggi.

Untuk itu, Carmelita menambahkan, perusahaan nasional yang terdampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika juga tidak dapat berbuat banyak, selain melakukan efisiensi-efisiensi pada pos-pos beban biaya yang dapat ditekan.

"Tentunya beban kita semakin berat, karena sulit bagi pelayaran nasional menaikkan freight kapal. Mungkin yang dapat dilalukan adalah efisiensi pada beban biaya yang mungkin bisa ditekan," tandasnya. (dna/dna)

Hide Ads