Sri Mulyani Yakin Defisit APBN Tetap Terjaga sampai Akhir Tahun

Sri Mulyani Yakin Defisit APBN Tetap Terjaga sampai Akhir Tahun

Hendra Kusuma - detikFinance
Selasa, 03 Jul 2018 17:29 WIB
Foto: Dok
Jakarta - Langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25% dari yang sebelumnya 4,75% tidak mampu mendongkrak penjualan surat utang.

Pemerintah melaksanakan lelang surat utang negara (SUN) pada tanggal 3 Juli 2018 untuk untuk lima seri dari total penawaran yang masuk sebesar Rp 21,4 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dari total penawaran hanya memenangkan Rp 11 triliun. Hal itu dikarenakan dinamika pasar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita hari ini memenangkan Rp 11 triliun dari Rp 21 triliun, saya rasa itu adalah salah satu bentuk dinamika pasar yang cukup baik, apalagi mempertimbangkan situasi yang sekarang sedang terjadi," kata Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (3/7/2018).

Meski tak sesuai harapan, mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu mengungkapkan, neraca pembiayaan APBN bisa tetap aman hingga akhir tahun. Walaupun global masih memberikan ketidakpastian terhadap ekonomi nasional.

"Sehingga kita harus terus mewaspadai sementara kita tetap harus melakukan pengelolaan APBN, kita berhati-hati sampai dengan akhir tahun dan saya merasa pembiayaan tetap terjaga sampai akhir tahun," ungkap dia.



Berdasarkan lama Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), lelang 5 seri SUN yakni SPN121181004, SPN12190704, FR0063, FR0065, dan FR0075 melalui sistem lelang Bank Indonesia dimenangkan Rp 11,32 triliun dari total penawaran yang masuk Rp 21,46 triliun.

Sebagai informasi, berdasarkan perkiraan pendapatan negara dan rencana belanja negara tahun ini, defisit anggaran pada APBN tahun 2018 diperkirakan mencapai Rp 325,9 triliun (2,19 persen PDB). Besaran ini lebih rendah dibandingkan outlook APBN Perubahan tahun 2017 sebesar 2,67% terhadap PDB. Keseimbangan primer juga turun menjadi negatif Rp 87,3 triliun dari outlook tahun 2017 sebesar negatif Rp 144,3 triliun.

Untuk menutup pembiayaan tersebut, pemerintah akan menerbitkan Surat Berharga Negara Rp 414,52 triliun dan pinjaman Rp 15,5 triliun. APBN 2018 disusun berdasarkan asumsi makro, antara lain pertumbuhan ekonomi 5,4 persen, inflasi 3,5 persen, suku bunga SPN 3 bulan 5,2 persen, dan nilai tukar Rp 13.400 per dolar AS.

Asumsi makro lainnya mencakup harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) minyak 48 dolar AS per barel, lifting minyak 800 ribu barel per hari, dan lifting gas 1.200 ribu barel setara minyak per hari.

(eds/eds)

Hide Ads