Nota kesepahaman tersebut tentang pemanfaatan aset milik PTPN XII dan/atau barang milik daerah Kabupaten Jember untuk pembangunan, pengembangan dan/atau pengusahaan bandara.
Penandatanganan MoU tersebut dilakukan oleh President Director Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, Bupati Jember Faida, MMR, dan Direktur Utama PTPN XII Berlino Mahendra Santosa yang disaksikan oleh Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso dan Direktur Holding PTPN M. Cholidi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini merupakan langkah awal bagi seluruh pihak dalam bekerja sama guna meningkatkan rute, frekuensi, dan kualitas penerbangan di Bandara Notohadinegoro untuk mendukung perekonomian, perdagangan dan pariwisata serta memperluas konektivitas udara bagi masyarakat Jember dan sekitarnya.
"Seluruh poin yang disepakati dalam MoU tersebut akan didetailkan lebih lanjut dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS), khususnya dalam aspek pengembangan seluruh infrastruktur bandara di mana kami berencana akan melakukan investasi di Bandara Notohadinegoro dengan estimasi nilai sebesar kurang lebih Rp 200 miliar," kata Awaluddin dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Sabtu (7/7/2018).
Sejumlah rencana akan dilakukan di Bandara Notohadinegoro antara lain pengembangan landas pacu atau runway dari eksisting 1.645 m x 30m menjadi 2.250 m x 45 m dan pengembangan terminal penumpang pesawat yang saat ini hanya seluas 618 m2 akan diperbesar menjadi 1800 m2. Hal ini untuk mengakomodir penerbangan Boeing 737 series serta potensi untuk melayani sekitar 300.000 penumpang per tahun.
"Kami sangat berterima kasih pada seluruh pihak atas terlaksananya penandatangan MoU ini, kami harap ini merupakan awal yang baik serta komitmen bersama untuk mengembangkan bandara yang telah ditunggu-tunggu selama ini oleh masyarakat Jember. Bandara ini diharapkan nantinya dapat menjadi bandara embarkasi sekaligus dembarkasi yang melayani penerbangan haji dan umroh bagi masyarakat Jember," kata Faida.
Rencana Angkasa Pura II di Bandara Notohadinegoro Jember nantinya akan mendesain ulang bangunan terminal penumpang menjadi lebih modern dengan langkah awal yaitu menetapkan terminal basic design, lalu akan dikembangkan lagi dalam Detail Engineering Design (DED), bila telah rampung baru kemudian akan ditenderkan.
Dua Bandara didaerah Jawa Timur ini yaitu Bandara Notohadinegoro Jember dan Bandara Banyuwangi nanti akan dioperasikan dengan konsep Multi Airport System di mana kedua bandara tersebut dapat saling membackup ketika terjadi sesuatu yg menyebabkan salah satu bandara tutup. Bandara Banyuwangi sendiri mengusung konsep Tourism Airport sedangkan Bandara Notohadinegoro Jember nantinya akan digunakan untuk penerbangan Haji dan Umrah.
Secara umum MoU yang ditandangani oleh perseroan dan para pihak akan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Penyediaan lahan sesuai kebutuhan master plan Bandar Udara Notohadinegoro Kabupaten Jember
2. Pemberian rekomendasi dan/atau penerbitan Peraturan Daerah yang terkait keamanan dan keselamatan penerbangan
3. Proses pembangunan, pengembangan, dan/atau pengusahaan Bandar Udara Notohadinegoro Kabupaten Jember yaitu area sisi udara dan/atau sisi darat
4. Penyediaan infrastruktur dan/atau aksesibilitas Bandar Udara Notohadinegoro Kabupaten Jember
5. Penghijauan lingkungan di sekitar Bandar Udara Notohadinegoro Kabupaten Jember
6. Pembebasan Bandar Udara Notohadinegoro Kabupaten Jember dari Obstacle untuk menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan.
Jurus AP II Genjot Layanan di Bandara Soekarno-Hatta
Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan jumlah penumpang pesawat mencapai lebih dari 63 juta orang per tahun merupakan bandara tersibuk di Indonesia, bahkan saat ini dikategorikan bandara diurutan ke 17 tersibuk di dunia oleh Airport Council International.
Hal tersebut terlihat dari jumlah pergerakan penumpang di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada semester satu (Januari-Juni 2018) yaitu mencapai 32.424.261 penumpang atau tumbuh sebanyak 9% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2017 yaitu 29.837.845 penumpang.
Pertumbuhan lainnya juga terlihat dari sisi pergerakan pesawat yaitu adanya kenaikan sebanyak 28.9% dimana Bandara Internasional Soekarno-Hatta telah melayani sebanyak 229.120 pergerakan pesawat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 177.686 pergerakan pesawat.
Dengan pesatnya peningkatan traffic ini berpotensi menimbulkan beberapa masalah di bandara Soekarno-Hatta yaitu rendahnya On-Time Performance penerbangan airlines, kurang efektifnya pergerakan pesawat di airside dan juga kurang optimalnya penggunaan slot penerbangan.
Melihat pertumbuhan penumpang dan pesawat tersebut, PT Angkasa Pura II (Persero) bergegas merampungkan transisi manajemen operasi bandara dengan pendekatan teknologi yaitu menyelesaikan proyek Airport Operation Control Center (AOCC) serta melakukan peningkatan kapasitas airside dengan membangun East Cross Taxiway (ECT) dan membangun runway ketiga guna menjadikan Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebagai Smart Airport serta meningkatkan daya saingnya di antara bandara-bandara lain di kawasan Asia Tenggara.
Vice President Corporate Communication PT Angkasa Pura II (Persero) Yado Yarismano mengatakan, dibangunnya AOCC, ECT dan runway ketiga ini didasari dari pertumbuhan industri penerbangan yang cukup signifikan setiap tahunnya dan membuat dinamika operasional semakin beragam.
"Melalui AOCC yang dapat memantau seluruh aktifitas di bandara secara real time maka kami optimistis seluruh aspek berjalan dengan lancar sesuai regulasi disertai terciptanya ketepatan waktu atau punctuality pada operasional yang berujung pada peningkatan pelayanan kepada maskapai dan juga penumpang pesawat," kata Yado dalam keterangannya.
Keberadaan AOCC di Bandara Internasional Soekarno-Hatta nantinya akan mampu meningkatkan kualitas pelayanan operasional bandara diantaranya dari sisi peningkatan On Time Performance (OTP) penerbangan airlines, pengoptimalan slot penerbangan di bandara, serta ground time yg lebih efektif dan efisien.
Di samping keberadaan AOCC, Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang saat ini memiliki dua landasan pacu mampu melayani pergerakan pesawat mencapai 1.300 pergerakan per hari atau sekitar 81 pergerakan pesawat per jam dengan jumlah penumpang hampir 200.000 per hari. Ke depannya akan dibangun East Cross Taxiway yg nantinya akan meningkatkan kapaaitas runway menjadi up to 86 pergerakan pesawat per jamnya dan juga dengan dibangunnya landasan pacu ketiga (third runway) Bandara Internasional Soekarno-Hatta akan dapat melayani antara 114 hingga 120 pergerakan pesawat per jam nya sehingga mampu memberikan ruang untuk meningkatkan serta menjaga OTP seluruh maskapai yang beroperasi di bandara ini. (ara/ara)