"Dana desa di sini sudah tersalurkan ke desa-desa 100 persen tahap 1 dan 2, saya senang sekali. Mungkin dana desa diprioritaskan untuk membangun ekonomi desa sehingga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi," ujar Eko dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/7/2018).
Ia mengatakan hal ini saat mengunjungi Kabupaten Gianyar, Jumat (6/7/2018). Eko juga mengimbau agar dana desa bisa digunakan untuk mengatasi tiga isu permasalahan utama yaitu stunting, kemiskinan, dan sampah plastik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Stunting karena kurang gizi. Coba alokasikan dana desa untuk atasi stunting sehingga Gianyar bebas stunting. Kemudian masalah sampah yang akan mematikan sektor pariwisata contohnya di mangrove jika tidak dikelola dan dikendalikan," tambahnya.
Ia menjelaskan sampah plastik akan terurai secara fisik yang bisa dimakan oleh ikan. Kemudian ikan yang mengandung plastik beracun dimakan oleh warga sehingga bisa menyebabkan penyakit.
"Dana desa dipakai untuk penanggulangan sampah supaya tidak terbawa ke laut," katanya.
Eko turut mengajak masyarakat melakukan usaha pengelolaan sampah/bank sampah melalui BUMDes. Pasalnya, pengelolaan sampah bisa menghasilkan pendapatan. Contohnya Desa Panggungharjo dan BUMDes Panggung Lestari yang meraup keuntungan lebih dari Rp 4 miliar dari pengelolaan bank sampah.
Sampah-sampah organik bisa diolah menjadi pupuk organik dan dibuat sebagai biomasa. Maka dana desa bisa menjadi stimulus untuk ekonomi BUMDes mengelola sampah.
"Dengan kreativitas ini, dana desa bukan jadi sumber utama, tapi jadi stimulus," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Gianyar I Ketut Rochineng mengatakan bahwa dana desa berperan strategis untuk pemerataan pembangunan.
"Dana desa memprioritaskan tenaga kerja setempat, bahan baku, dan swakelola. Program Padat Karya Tunai (PKT) membawa dampak akan perluasan tenaga kerja. Dana desa tahun 2018 dialokasikan sekitar Rp 51,9 miliar untuk sekitar 60 desa dan Rp 38 miliar untuk program PKT," paparnya. (idr/idr)











































