Ketua Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) M Ikhsan Ingratubun menyampaikan yang membuat merek asing lebih laris karena mereka jauh lebih dikenal.
"Jadi persaingannya itu kan adalah mereka sudah terkenal, berarti dia menyentuh orang masuk ke dia. Nah kalau brand yang tidak terkenal ya sudah, berarti hanya tinggal tunggu," katanya ketika dihubungi detikFinance, Jakarta, Selasa (17/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena hal tersebut lah orang-orang yang singgah ke rest area lebih memilih datang ke outlet-outlet merek asing, ketimbang UMKM.
"Nah orang di rest area kan pasti mau buang air lah ibaratnya. Pasti juga mau cari minuman dan makanan kecil. Nah prioritas utama di rest area adalah perusahaan besar seperti Starbucks, McD, KFC, dan seterusnya. Kita yang UKM itu jadi prioritas nomor 2," sebutnya.
Tapi dari segi harga dan rasa, dia menyebut produk UMKM tidak kalah dalam bersaing. Hanya saja ada kebanggaan tersendiri jika membeli merek asing.
"Starbucks kan jauh lebih mahal daripada kita. Kopi jauh lebih mahal Starbucks. Rasanya juga jauh lebih enak kita. Tapi dia prestige (bergengsi) saja. Jadi dia makan di situ ada rasa bangga. (Tapi) lebih murah UMKM kita. Lebih murah dibandingkan brand-brand asing," ujarnya.
Dia tak menampik ada beberapa kelebihan merek asing dibandingkan UMKM. Namun produk UMKM tetap harus diberi kesempatan untuk meningkatkan daya saingnya.
"Cuma memang dia (brand asing) ada kestabilan mutu, kebersihan dan seterusnya memang ada di dia. Packaging-nya juga bagus, warna warnanya juga menarik. Nah sekarang kalau tidak diberikan kesempatan daripada brand-brand kita, kapan bisa majunya Indonesia," tambahnya. (zlf/zlf)