Salah satu demonstran Vio mengatakan ia mengetahui aksi ini dari teman temannya yang menyebar informasi melalui media sosial Facebook. Setelah mengobrol dengan teman-teman yang tertarik untuk ikut aksi demo, Vio mengaku ikut tergerak dengan adanya aksi ini.
"Taunya dari Facebook beberapa hari lalu, disana kan akan kontak koordinatornya kita jadi tau kumpul jam berapa disana (lapangan istana merdeka)," kata dia kepada detikFinance di sela sela aksi berlangsung, Rabu (18/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vio yang datang pada pukul 09.00 bersama delapan orang tetangga datang dari Jembatan Dua. Vio yang membawa atribut peralatan dapur melakukan aksi bersama di depan Gedung Merdeka.
Dari hasil pantauan detikFinance, ibu-ibu ini datang pada pukul 09.19. Lengkap dengan atribut panci dan ketel. Beberapa diantaranya membawa raket tenis sampai centong sayur. Beberapa poster dari karton yang ditulis manual juga berisi tuntutan soal penurunan harga pangan.
Tulisan seperti turunkan harga pangan, listrik sampai hutang negara disinggung oleh emak emak ini.
Salah satu demonstran lainnya yaitu Ani dari kawasan Condet mengaku menuntut penurunan harga pangan karena sudah tidak bisa lagi menahan gejolak harga kebutuhan hidup di Jakarta.
Ia menjelaskan ia memiliki tiga anak dan satu sumber pendapatan dari suami. Segala kebutuhan hidup seperti makan, pendidikan sampai biaya sewa rumah begitu menekan ibu-ibu rumah tangga yang mengatur skema keuangan konsumsi satu keluarga.
"Ya gini misalnya gaji UMR, kemudian beban hidupnya ada tiga anak mana cukup. Ditambah berbagai harga saat ini terus menjadi mahal sementara gaji stagnan," kata dia.
Dalam orasi, emak- emak ini menyinggung soal kondisi keluarga yang kerap kali berdebat dengan suami mengenai masalah kebutuhan rumah tangga yang kurang akibat kanaikan harga kebutuhan hidup.
"Terutama mengenai harga telur yang saat tinggi. Dengarkan kami jangan seenaknya memberikan kebijakan," kata dia.
Sebagai informasi saat ini beberapa bahan makanan tengah mengalami kenaikan. Salah satunya telur yang belakangan mencapai harga Rp 29.000/kg. (dna/dna)