Mengintip Peran Muslim Indonesia di Ekonomi Taiwan

Laporan dari Taipei

Mengintip Peran Muslim Indonesia di Ekonomi Taiwan

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Selasa, 24 Jul 2018 07:52 WIB
Foto: Dok. Inhabitat
Taipei - Taiwan terus berupaya mendorong kerja sama ekonomi dengan sejumlah negara, termasuk dengan Indonesia. Kerja sama ekonomi mulai dari perdagangan, investasi, hingga pariwisata.

Langkah itu tak terlepas dari Presiden Taiwan Tsai Ing-Wen yang menerapkan kebijakan yang disebut New Southbound Policy (NSP) sejak 2016 lalu. Dengan kebijakan itu, Taiwan menjalin hubungan non diplomatik yang lebih erat dengan mitra-mitranya di wilayah selatan.

Negara sasaran dalam kemitraan New Southbound Policy adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, Myanmar, Australia, Laos, Brunei Darussalam, Thailand, Singapura, Nepal, Bangladesh, Pakistan, Srilanka, Bhutan, dan Selandia Baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perwakilan Kementerian Luar Negeri Taiwan, Joseph Yen-Ching Chao mencatat pada tahun lalu, sedikitnya 133 investasi Taiwan ditanam di negara-negara selatan tersebut dengan nilai US$ 43,5 miliar, melonjak lebih dari setengah atau 54,51% dibandingkan dengan investasi Taiwan pada 2016.

"Sementara pada 2017, Taiwan telah menyetujui 521 investasi dari negara-negara tersebut senilai US$ 270 miliar atau meningkat 15,80% dari tahun 2016," kata Joseph saat memberikan seminar kepada peserta Muslim Youth Exchange Camp for Southeast Asian Countries di Taipei, Senin (23/7/2018).

Di Indonesia, Taiwan juga mendirikan Taipei Economic Trade Office (TETO) di Jakarta. Sementara itu, pemerintah Indonesia juga menempatkan Kantor Dagang Indonesia di Taipei, di bawah otoritas Kementerian Perdagangan.

Pada 2017, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan terhadap Taiwan hingga US$1,8 miliar per tahun. Angka tersebut berasal dari nilai ekspor Indonesia ke Taiwan sebesar US$ 5 miliar, sedangkan nilai impornya hanya US$ 3,2 miliar.

Pengembangan Wisata Muslim

Indonesia juga menjadi salah satu pemasok buruh migran terbesar bagi Taiwan, sehingga interaksi antar warga terjalin erat. Dari catatannya, ada sebanyak 600.000 orang negara mitra bekerja di Taiwan, dari jumlah itu 241.000 di antaranya berasal dari Indonesia.

Tak hanya itu, saat ini tak kurang dari 29.000 warga Indonesia menikah dengan warga Taiwan dan sedikitnya 4.400 mahasiswa Indonesia sedang belajar di sejumlah universitas di Taiwan.

Dengan mayoritas penduduk Indonesia yang merupakan muslim, maka secara tak langsung jumlah penduduk muslim di Taiwan ikut bertambah. Karenanya, pemerintah setempat juga terus mengembangkan fasilitas serta tempat-tempat wisata halal untuk muslim, mulai dari masjid hingga hotel-hotel yang ramah terhadap masyarakat muslim.


Hal itu ditambah jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Taiwan pada 2017 telah meningkat sebesar 46% dari tahun sebelumnya, menjadi lebih dari 189 ribu orang. Jumlah ini diharapkan terus bertambah, seiring kesiapan Taiwan mengembangkan wisata ramah Muslim.

Apalagi saat ini sudah ada setidaknya enam masjid besar di Taiwan, misalnya yang tertua Masjid Raya Taipei, lalu ada Masjid Budaya Taipei, Masjid Longgang Zhongli, Masjid Taichung, Masjid Tainan, serta Masjid Kaohsiung.

Selain masjid, tersedia pula musala di sejumlah tempat hiburan dan di tempat umum seperti di pusat pertemuan, contohnya New Nankang Exhibition Centre dan museum, National Palace Museum Taipei.

"Bahkan Taiwan juga mempunyai aplikasi untuk membantu masyarakat muslim mencari tempat-tempat halal," tutur Joseph.



Saksikan juga video 'Melihat Masjid Pertama Buruh Migran Indonesia di Taiwan':

[Gambas:Video 20detik]

(fdl/ang)

Hide Ads