Menanggapi hal tersebut Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan tingginya angka inflasi inti adalah faktor sementara. Inflasi inti adalah bagian inflasi yang tetap yang merupakan di luar harga pangan yang bergejolak dan harga barang atau jasa yang diatur pemerintah.
"Kalau dilihat inflasi inti terjadi karena sebagian besar faktor musiman, seperti pembayaran sekolah SD, SMP, SMA dan biaya sewa rumah," kata Perry di gedung BI, Jakarta Pusat, Jumat (3/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebutkan musim pembayaran sekolah memang terjadi pada periode pertengahan tahun yakni pada bulan Juli, sehingga sangat mempengaruhi angka inflasi. Perry menambahkan, dari angka inflasi tersebut BI tidak melihat adanya dampak nilai tukar terhadap inflasi.
"Dari sisi inflasi rendah kan ya Juli 0,28% kami tidak melihat adanya dampak dari pelemahan nilai tukar ke inflasi. Jadi inflasinya masih terkendali," ujar dia.
Sebelumnya BPS menyebut inflasi inti periode Juli adalah angka tertinggi sepanjang 2018 ini.
"Jika dilihat, ini adalah inflasi inti yang tertinggi sepanjang tahun. Inflasi inti naik pertanda daya beli. Kalau dulu inflasi inti rendah, kalian tanyakan apakah daya beli rendah? Sekarang tinggi, pertanda daya beli membaik," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di gedung BPS.
Dia menyebutkan awal tahun pada Januari 2018 inflasi inti tercatat 2,69%, Februari 2,58%, Maret 2,67%, April 2,69%, Mei 2,75% dan Juni 2,72%.
Menurut Surhariyanto, perkembangan inflasi ini tercermin dari perkembangan industri ritel yang bergerak tahun ini. "Ritel mulai menggeliat. Tapi angkanya belum bisa disampaikan sekarang, rilis resmi tunggu pekan depan," ujarnya.
Saksikan juga video 'Jokowi Ingin Inflasi RI 1-2% Seperti Negara Maju':
(ara/ara)