Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) mengingatkan pemerintah untuk tidak lengah terhadap krisis nilai tukar di Turki karena dinilai dapat mempengaruhi perekonomian di Indonesia.
Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta mengatakan meskipun hubungan ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dan Turki tidak begitu begitu besar tetapi krisis tersebut bisa merambat dan memberikan dampak sistemik. Apalagi krisis mata uang Turki telah memberikan efek kepada mata uang emerging market lainnya sehingga Indonesia pun bisa terdampak.
"Krisis di Turki tidak bisa disepelekan mengingat adanya contagion effect dan harus menjadi perhatian serius oleh pemerintah karena kekhawatiran pasar sudah meningkat," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (13/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Arif mengatakan salah satu respons pasar terhadap krisis mata uang di Turki, misalnya ditunjukkan melalui nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Selain itu, bisa juga direspons oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus memerah. Dari awal tahun hingga penutupan pasar pada Jumat (10/8), IHSG terus melemah sebesar 7,2%.
Kendati demikian, Arif menjelaskan, kondisi perekonomian Indonesia terbilang relatif lebih baik dibandingkan dengan Turki. Seperti diketahui, nilai tukar mata uang Turki, yaitu lira terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah terdepresiasi sebesar 70% sejak awal tahun atau secara year to date. Sementara kurs rupiah terhadap dolar AS hanya terdepresiasi 7,07 persen untuk periode yang sama.
Dalam pandangan Arif, ancaman krisis di sektor keuangan relatif akan terjadi apabila depresiasi mata uang telah mencapai setidaknya 25 persen dalam satu tahun dan laju perubahannya paling tidak 10 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. (hek/dna)