"Kita masih menunggu batasan isi saldo e-toll. Sekarang kan Rp 2 juta. Nanti kalau Trans Jawa itu jadi, menurut saya kita itu nanti agak repot. Kita sih pengennya nggak kurang dari Rp 3 juta, kalau bisa malah Rp 5 juta," katanya kepada detikFinance dalam sesi wawancara khusus, Jumat (17/8/2018).
Desi mengatakan elektronifikasi telah memberikan peningkatan pelayanan di jalan tol. Meski demikian, dia mengakui masih ada beberapa kejadian di lapangan ditemukan kesulitan pengguna dalam melakukan transaksi menggunakan e-toll.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang masih ada kita sadari bahwa beberapa reader itu sudah out of date. Dan itu secara bertahap kita ganti, tapi memang tidak menjadi program sepenuhnya kita ganti karena memang e-toll ini juga akan berubah jadi single lane freeflow. Jadi e-toll ini transisi. Nanti sebentar lagi akan berganti menjadi single lane freeflow. Sehingga untuk mengganti semua pun itu bisa jadi pemborosan. Jadi kita masih dalam proses, kita anggap e-toll ini transisi ke single lane freeflow," ujar dia.
Jasa Marga sendiri tengah mengkaji sejumlah teknologi yang bisa digunakan untuk transaksi single lane freeflow atau membayar tol tanpa perlu berhenti di gerbang tol lagi. Ada tiga jenis teknologi multi lane freeflow yang menjadi pilihan di antaranya Radio Frequency Identification (RFID), DSRC (dedicated short-range communication), dan Global Navigation Satellite System (GNSS).
"Namanya ini pertama, jadi nggak boleh salah pilih. Jadi koordinasi nggak hanya ke PUPR, bisa juga ke kepolisian, perhubungan, kerja sama mana yang terbaik akan kita ambil," katanya. (eds/zul)