Kemarau Agustus dan September, Mentan Kirim Tim Cek Sawah

Kemarau Agustus dan September, Mentan Kirim Tim Cek Sawah

Rizki Ati Hulwa - detikFinance
Kamis, 23 Agu 2018 21:45 WIB
Foto: Dok. Kementan
Jakarta - Mengatasi musim kemarau yang puncaknya akan diprediksi pada Agustus dan September ini, Kementan telah melakukan langkah antisipatif untuk menjaga produksi padi nasional. Selain mendorong penggunaan bibit padi yang cocok untuk lahan kering, Kementan juga siapkan pompanisasi untuk pengairan di sejumlah daerah di Indonesia.

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan Pending Dadih Permana mengatakan, hal tersebut dilakukan sebagaimana Kementan yang menargetkan pertanaman 1 juta hektare pada bulan Agustus ini, seperti ketetapan Mentan Amran Sulaiman. Oleh karenanya, Kementan membentuk tim khusus yang secara langsung terjun ke lapangan membantu petani yang membutuhkan pengairan.

"Kami turunkan tim khusus untuk berkoordinasi dengan pihak terkait, antara lain TNI, Kementerian PUPR, serta Pemda setempat dalam memetakan permasalahan, negosiasi penggelontoran air dari bendungan, serta terlibat langsung melaksanakan pengawalan gilir giring sesuai jadwal yang telah disepakati," ujar Pending, Kamis (23/08/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pending mengatakan dalam pemberian air irigasi, difokuskan dan diprioritaskan pada wilayah-wilayah yang berpotensi akan mengalami gagal panen. Penerapan jadwal gilir giring atau membagi jadwal pengairan yang sudah disusun di tingkat daerah juga akan diawasi secara ketat. Hal ini dilakukan agar lahan pertanian yang rawan kekeringan mendapatkan pasokan air yang cukup.

Selain itu kata dia, perlibatan TNI dalam pelaksanaan piket petugas pada tiap lokasi 'bangunan bagi' pada sistem irigasi, bertujuan untuk menghindari pengambilan air secara ilegal pada saluran bagian hulu.


"Masyarakat dan seluruh aparat juga akan didorong untuk bergotong royong membersihkan sampah-sampah yang terdapat pada saluran irigasi," kata dia.

Dari data yang didapat, Kementan telah memberi bantuan khusus untuk pompa air. Tahun 2018 saja, sudah tersebar bantuan pompa air ukuran kecil sebanyak 3.897 unit, pompa air ukuran sedang sebanyak 4.769 unit, dan pompa ukuran besar sebanyak 1.381 unit.

"Kami meminta daerah untuk dapat menggerakkan bantuan pompa air ke wilayah-wilayah yang masih memungkinkan untuk mengoptimalkan sumber daya air yang ada," lanjut Pending.

Tak hanya menerjunkan tim khusus, Kementan juga sudah membentuk posko penanganan kekeringan. Seperti dikatakan Direktur Irigasi Pertanian Rahmanto, bahwa posko didirikan di wilayah-wilayah yang terkena kekeringan, antara lain Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Tuban, dan Kabupaten Boyolali.

"Pemerintah telah memberikan bantuan bantuan pompa air, membangun embung, dam parit, long storage, pompanisasi, dan perpipaan yang dapat menambah pasokan air bagi tanaman terutama musim kemarau. Selain itu, perbaikan saluran irigasi tersier untuk menjamin volume air cukup sampai pada lahan sawah yang berada di ujung saluran," beber Rahmanto.

Berdasarkan data Ditjen Tanaman Pangan, area persawahan yang terkena kekeringan hingga pertengahan Agustus 2018 seluas 127.101 hektare, dan Puso 25.405 hektare. Sedangkan kekeringan terbesar terjadi pada bulan Mei-Juli 2018, yang terkena seluas 87.827 hektare, sampai terjadi puso seluas 22.153 hektare.

Jabar, Jateng dan Jatim merupakan provinsi yang paling terdampak kekeringan. Untuk presentase puso di Pulau Jawa hanya mencapai 1,42% dan di luar Jawa 0,19%. Sehigga secara nasional, lahan sawah terkena puso hanya 0,69%.


Dari presentase tersebut, dampak puso masih sangat kecil dibanding luas tanam yang ada, sehingga tidak akan mengganggu produksi nasional. Hal ini dikarenakan, kunci rendahnya puso tersebut adalah berkat koordinasi dan kerja sama antara instansi terkait yang tugas, fungsi, dan kewenangannya dapat mendukung upaya antisipasi kekeringan.

Rahmanto melanjutkan, di Kabupaten Indramayu, kerjasama Kementan dan instansi terkait lainnya, dapat menyelamatkan lahan sawah yang terancam kekeringan. Di Kecamatan Losarang dan Kandanghaur, masing-masing seluas 1.329 hektare dan 445 hektare.

Sementara di Boyolali, penanganan kekeringan melalui pompanisasi mampu menyelamatkan lahan persawahan seluas 490 hektare dan 25 hektare masing-masing di Desa Sawir, Kecamatan Tambakboyo, Tuban, dan Desa Moho, Kecamatan Andong, Boyolali.

Penanganan kekeringan Kementan ini juga dilakukan di area lahan persawahan Desa Sumber Sari, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung. Dari lahan seluas 350 hektare, terdapat area lahan sawah seluas 60 hektare di bagian hilir yang tidak dapat terairi.

Sebagai langkah antisipasi kekeringan di wilayah tersebut, Kementan memberikan bantuan tujuh unit sumur pantek melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sumber Mukti. Bantuan tersebut berhasil dimanfaatkan untuk mengairi area persawahan seluas 30 hektare.


Saksikan juga video 'Jaga Kestabilan Harga Telur, Mentan Sebar 100 Ton Telur Murah':

[Gambas:Video 20detik]

(idr/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads