"Ini solusi baru membangun 16 pompa untuk melayani 8 hektare lahan kering. Tanpa BBM pun air tetap mengalir di musim kering," ujar Ketua Upaya Khusus Padi, Jagung, dan Kedelai (Upsus Pajale) wilayah Jawa Tengah, Suwandi dalam keterangan tertulis, Kamis (30/8/2018).
Hal itu disampaikannya dalam kunjungan kerja ke Desa Blengorkulon, untuk melihat inovasi yang dibuat oleh masyarakat setempat tersebut pada Rabu (29/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suwandi mengapresiasi upaya para petani Desa Blengorkulon dalam mengatasi kekeringan. Ia berharap penggunaan pompa air dalam mengatasi masalah pengairan dapat menjadi contoh bagi wilayah lain.
Biaya operasional pompa air menggunakan tenaga listrik untuk mengairi 1 hektar lahan hanya Rp 500 ribu per musim. Hal ini lebih murah daripada menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar yang mencapai Rp 1,4 juta per musim, artinya lebih efisien 65%.
Menurut Kepala Desa Blengorkulon, Susman pompa air listrik ini dilengkapi pipa 3 inci untuk menyedot air dari sumur sedalam 10 meter. Sumur dibangun pada tahun 2017 dan dipakai khusus untuk pengairan. Dengan adanya sumur berpompa air listrik ini, air tetap melimpah meskipun sedang musim kemarau.
"Saya namakan ini pompa air Loh Jinawi. Untuk listrik sama PLN jadi fasilitas umum. Untuk pulsa Rp 23 ribu bisa mengaliri selama 12 jam. Ini mengairi 2,6 hektar. Idealnya satu pompa untuk 1 hektare. Dulu padi satu kali tanam, bahkan dulu tanahnya dibuat batu merah, sekarang bisa dua kali tanam. produktivitas padi bisa mencapai hingga 6,4 ton per hektar," kata Susman.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kebumen, Puji Rahayu yang juga mendampingi kunjungan tersebut mengatakan bahwa di Kecamatan Ambal berpotensi untuk dibangun pompa air listrik yang bisa digunakan untuk menyuplai 2 ribu hektare lahan pertanian. Puji bahkan menyatakan untuk kecamatan lain bisa lebih luas lagi. Ia berjanji akan memperkenalkan pompa air listrik yang hemat energi ke wilayah-wilayah lainnya. (ega/hns)