Salah seorang perajin tempe Sarmadi menerangkan, kenaikan harga kedelai telah terasa sejak 2 bulan lalu atau sekitar bulan Juli. Mulanya, harga kedelai sebesar Rp 690 ribu per kwintal. Saat ini, harga kedelai sudah mencapai Rp 790 ribu kwintal.
Kedelai-kedelai tersebut dipasok dari penjual yang lokasinya tak jauh dari Kampung Tempe tempat Sarmadi memproduksi tempe.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski kedelai naik, dia mengaku belum menyesuaikan harga maupun mengubah ukuran tempe. Harga jual tempenya ialah Rp 5.000 untuk ukuran sekitar 30 cm dengan tebal 10 cm.
Dia mengatakan sulit menaikkan harga karena khawatir tidak diterima konsumen. Dengan mempertahankan harga, dia mengatakan mesti mengorbankan keuntungannya.
"Kalau harga belum bisa naikkan, tetap per potong ya Rp 5.000 ya Rp 5.000," ujarnya.
Hadi, perajin tempe lain mengatakan, harga kedelai sebenarnya stabil di kisaran Rp 760 ribu hingga Rp 770 ribu per kwintal. Sejalan dengan itu, dirinya khawatir penguatan dolar AS yang dikaitkan dengan isu kenaikan harga kedelai dimanfaatkan oleh para spekulan.
"Khawatirnya dimanfaatkan pengepul, begitu ada harga, baru naikkan," ujarnya. (dna/dna)