Mengutip CNN, Rabu (12/9/2018), ekspor China hanya tumbuh di bawah 10%. Ada penurunan sekitar 12% dari nilai ekspor Juli berdasarkan data pemerintah China.
Kondisi ini bisa menjadi lebih buruk karena ketegangan yang meningkat. Apalagi Presiden AS Donald Trump kembali mengeluarkan pernyataan untuk kembali memberlakukan tarif atas impor produk dari China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ini akan membuat ekonomi China mengalami tekanan yang hebat. Ini juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekspor ke mitra dagang besar seperti Uni Eropa dan Jepang.
Sebenarnya, ekspor China ke AS mengalami peningkatan. Surplus perdagangan China yang besar dengan AS adalah salah satu penyebab dari permasalahan ini.
Kepala ekonom di Oxford Economics menjelaskan fakta ekonomi tersebut akan menimbulkan gesekan di kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini.
Untuk meminimalisir tekanan akibat penurunan ekspor ini. Pemerintah China sudah mengeluarkan kebijakan seperti pemotongan pajak, belanja infrastruktur dan melonggarkan kebijakan moneter untuk menopang pertumbuhan.
Dari data yang diterbitkan pekan lalu, sejumlah pabrik di China telah kehilangan pesanan untuk ekspor. Selain itu China jiga mengalami penurunan dalam investasi infrastruktur.
"Pertumbuhan ekspor ini membutuhkan beberapa waktu untuk kembali pulih," ujar analis Nomura.
Pasar saham dan pasar uang di China sempat mengalami turbulensi. Pasalnya beberapa bulan terakhir investor khawatir dengan kondisi kesehatan ekonomi negara itu.
Saksikan juga video 'Perang Dagang AS-China, Siapa yang Rugi?':
(kil/ang)