Khairudin mengatakan, Air Terjun Tiu Dua awalnya dikembangkan oleh Kelompok Pemuda Sadar Wisata (Pokdarwis). Mereka rajin mempromosikan kawasan wisata tersebut melalui media sosial Facebook.
"Wisata ini pertama dikembangkan oleh Pokdarwis. Kemudian kita dapat bantuan dari pariwisata, dibantu plasa-plasa sehingga dikenal oleh masyarakat luas. Pokdarwisnya juga rajin posting-posting di Facebook sehingga orang banyak tahu," kata Khairudin, Kasi Pemerintahan Desa Batudulang, Rabu (12/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pokdarwis dulu pertama baru kita bentuk BUMDes. Baru penyertaan modal dari dana desa. Tapi sebelumnya kita akan kerja sama dulu dengan dinas pariwisata, karena ini ada unsur pariwisatanya. Dan ada unsur dari kehutanan karena ini adalah kawasn hutan," terangnya.
Tak hanya Air Terjun Tiu Dua, Desa Batudulang juga memiliki spot wisata lain yang diberi nama menara spot selfie. Spot wisata ini menyajikan pemandangan luas dari ketinggian yang sangat cocok untuk dijadikan spot selfie.
"Sebelum sampai ke Tiu Dua kan kita melewati spot selfie dulu. Kalau ke air terjun ini gratis, tapi kalau ke spot selfie bayar Rp 5 ribu per orang sekaligus parkir motor. Kalau bawa mobil Rp 7 ribu. Kalau air terjun ini hanya sebagai daya tarik, bonus sebenarnya. Yang penting kalau orang mau ke air terjun, kan mereka bayar parkir, beli makanan," ujarnya.
Khairudin mengakui, omzet yang diperoleh dari dua spot wisata tersebut masih sangat kecil sekitar Rp 5 juta per tahun. Ramainya pengunjung juga masih tergantung musim seperti hari libur dan perayaan hari-hari besar. Ketika ramai, pengunjung bis mencapai hingga 500 pengunjung per hari.
"Kalau ke air terjun ini karena medannya masih sulit, harus melewati hutan dan jalan kaki, masih sangat sepi yang datang. Kecuali kalau beramai-ramai, makan-makan di sini (Tiu Dua). Kalau tidak ramai-ramai biasanya ndak mau," pungkas dia. (idr/hns)