Produksi Garam di Cirebon Terkendala Cuaca

Produksi Garam di Cirebon Terkendala Cuaca

Sudirman Wamad - detikFinance
Kamis, 13 Sep 2018 17:57 WIB
Foto: Sudirman Wamad
Cirebon - Petani garam di Cirebon, Pardi, mengaku dalam beberapa tahun terakhir hasil panen raya garam terbilang kurang mengenakan bagi petani.

Menurutnya harga garam yang fluktuatif serta cuaca ekstrem menjadi penyebab kurang stabilnya hasil panen garam.

"Panen garam itu butuh dua bulan, kalau cuaca buruk terus ya kita rugi. Semoga saja panen ini dan ke depannya bisa memberikan keuntungan yang besar bagi kami," ujar Pardi saat ditemui detikcom di tambak garam miliknya, Kamis (13/9/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Dalam kondisi seperti ini Pardi berharap pemerintah turun tangan untuk menjaga agar harga garam tetap stabil.

"Harapannya pemerintah bisa menjaga harganya. Jangan sampai naik, terus turun, turun, naik, dan seterusnya. Karena bisa berpengaruh pada biaya produksi," ucap Pardi.

Harga garam petani saat ini masih stabil. Kestabilan harga garam tersebut menjadi angin segar bagi para petani.

Salah seorang petani garam lain asal Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Rantam merasa diuntungkan dengan stabilnya harga dalam beberapa bulan terakhir.

Sejak Juli hingga September, dikatakan Rantam, harga garam petani masih diangka Rp 700 hingga Rp 800 per kilogramnya.

"Musim panen kali ini bisa merasakan untung. Karena harga stabil, biaya produksi sesuai dengan hasil produksi. Yang bahaya itu kalau fluktuatif," ucap Rantam.



Rantam mengatakan pada Juli lalu harga garam sempat tinggi hingga Rp 1.500 per kilogram. Namun, lanjut dia, dalam kurun waktu beberapa pekan harga garam langsung anjlok, dari Rp 1.000 hingga Rp 800.

"Pertama kali panen memang sempat tinggi. Terus anjlok, dan sekarang masih stabil. Ya kalau stabil kami untung, tapi kalau anjlok terus ya kami rugi kaya panen lalu tiba-tiba anjlok," katanya. (dna/dna)

Hide Ads