Suka atau tidak, kebijakan ini sudah diputuskan tinggal menunggu implementasinya. Lalu apa landasan dari kebijakan ini? Apa untung ruginya?
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol ( BPJT) Kementerian PUPR Herry Trisaputra Zuna menjelaskan, integrasi transaksi tarif di tol JORR diambil untuk mendorong efisiensi. Sebab pemerintah menilai banyaknya gerbang tol di dalam JORR selama ini yang menjadi biang kemacetan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kebijakan integrasi ini maka nantinya sistem pembayaran menjadi satu, tarifnya Rp 15 ribu untuk 76 km. Menurut hasil perhitungan pemerintah bagi pengguna di atas 17,6 km akan diuntungkan.
"Dengan penggabungan ini yang tadinya harus berhenti 2-3 kali dari Cengkareng sampai Tanjung Priok dengan tarif Ro 34 ribu untuk golongan 1 nanti hanya Rp 15 ribu. Turunnya signifikan, kalau golongan V yang tadinya Rp Rp 94.500 jadi Rp 30.000. Seperti itu kondisinya," tambahnya.
Memang bagi pengguna tol JORR jarak pendek di bawah 17,6 km akan merasa dirugikan. Sebab biasanya hanya membayar Rp 9.500 akan dikenakan tarif yang sama yakni Rp 15.000.
Bagi pengguna jarak pendek, Herry menghimbau agar menggunakan jalur alternatif lain. Sebab Tol JORR sendiri memang ditujukan bagi kendaraan-kendaraan logistik dan jarak jauh.
"JORR ini interaksi karena tol itu alternatif. Kalau jalan biasa macet itu karena ada truk. Nanti truk kita dorong ke atas jadi bisa mengurangi. Kalau yang jarak pendek silakan gunakan non tol," terangnya.