Kepala Investasi AllianceBernstein, Mark Phelps mengatakan, korban utama dari aksi perang dagang ada konsumen. Sebab importir tak ingin menanggung sendiri dari kenaikan tarif, pasti akan ada penyesuaian harga.
"Pada saat ini, sebagian besar perusahaan yang saya tahu yang menjual produk terutama dari China, hanya berbicara tentang menaikkan harga. Menurut saya, mereka tidak akan berhenti berjualan," kata Phelps seperti dilansir dari CNBC, Kamis (28/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
AllianceBernstein sendiri akan bertemu dengan peritel peralatan rumah di AS, Home Depot untuk melihat apakah perusahaan mengubah strategi mereka lantaran imbas dari kebijakan kenaikan tarif bea masuk produk China.
Menurut Phelps, perusahaan kemungkinan akan membahas langkah-langkah untuk mengurangi dampak negatifnya, dia berharap kenaikan harga belum menjadi pilihannya.
"Saya pikir Anda akan melihat kenaikan harga yang signifikan. Apa artinya itu untuk konsumsi? Jika konsumsi turun maka jelas itu memiliki efek pada profitabilitas mereka," terangnya.
Dia juga menyiratkan bahwa proteksionisme yang meningkat dapat mempengaruhi keputusan investasi pemegang saham jangka panjang.
Analis ini tidak sendirian dalam memperingatkan Pemerintahan Trump terhadap dampak negatif dari perang dagang. Bahkan, sejumlah perusahaan Amerika yang terkenal, termasuk Walmart, Coca-Cola dan General Motors, telah memperingatkan bahwa mereka bisa terpaksa menaikkan harga produknua.
AS minggu ini meningkatkan tekanan terhadap China, seolah menyiramkan bensin ke konflik perang dagang. Trump memberlakukan bea masuk 10% atas US$ 200 miliar barang-barang China yang masuk ke AS, termasuk perabotan dan peralatan rumah tangga. Trump berencana meningkatkan tarif itu hingga 25% hingga akhir tahun.
Saksikan juga video 'Ketegangan Perang Dagang AS-China, Beijing Balas Naikkan Tarif':
(das/ang)