"Selain mensosialisasikan budidaya hortikultura di lahan sempit, TTP Cigombong yang dimulai pada 2015 ini juga membuka pelatihan teknologi pertanian dan peternakan," demikian diungkapkan Manager TTP Cigombong, Dede Zaenab dalam keterangan tertulis, Senin (22/10/2018).
Dede yang menerima kunjungan Kepala Biro Humas Kementan dan Kepala Balai Pengelola Alih Tehnologi Pertanian (BPATP) di Cigombong, Bogor mengharapkan TTP ini bisa membangkitkan perekonomian desa dengan menginspirasi masyarakat maupun pengunjung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut Dede menjelaskan TTP Cigombong berdiri di atas lahan seluas 8 hektare yang dibagi menjadi tujuh zonasi pengembangan. Rinciannya yaitu zona pengembangan tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, budidaya ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB), kambing perah Compass agrinak, domba Savera ampera, pengembangan tanaman hijauan pakan ternak, serta area percontohan mandiri pangan dan energi.
"TTP ini telah melibatkan masyarakat sekitar untuk mengelola di setiap zona. TTP sebagai pembina," ujar Dede.
Karenanya, Dede menegaskan keberadaan TTP berimbas positif bagi masyarakat sekitar. Dulu, hampir semua warga hanya menaman singkong, namun berkat pembinaan, komoditas yang ditanam bervariasi.
"Di lahan datar misalnya, masyarakat mulai berani menanam durian matahari dan pala banda. Sedangkan di lahan berlereng ditanami kopi robusta. Bibitnya memanfaatkan bantuan ran fasilitas teknologi unggulan dari Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian," lanjut Dede.
Selain berbagai keberhasilan ini, Dede mengungkapkan fokus Pengembangan Ayam KUB TTP Cigombong sukses membangun berbagai kelompok peternakan. Hingga Oktober 2018, sudah terbentuk sekitar 23 kelompok peternak ayam KUB, 5 kelompok peternak domba savera ampera, dan 1 kelompok kambing perah compass agrinak.
"Hebatnya, sebagian besar kebutuhan pakan ternak yang dikembangkan di TTP juga dipasok oleh masyarakat sekitar. Bila melihat jumlah kelompok ternak yang terbentuk, nampak jelas jika ayam KUB merupakan komoditas favorit, bahkan menjadi ikon TTP," tandasnya.
Sementara itu, Kepala Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (BPATP) Retno Sri Hartati Mulyandari mengatakan TTP Cigombong memang tengah fokus mengembangkan ayam KUB, untuk kebutuhan sosial serta bisnis.
Awalnya banyak ragam teknologi yang dikembangkan, namun setelah dievaluasi akhir tahun lalu, difokuskan pada ayam KUB, selain urban farming, termasuk budidaya hortikultura di lahan sempit.
"Respons terhadap Ayam KUB sangat luar biasa dan menunjukkan perkembangan signifikan, dari hulu hingga hilir," tutur Retno.
Di sini terdapat 100 ekor pejantan dan 1000 betina yang dikelola oleh tim inti di area pengembangan TTP. Dari jumlah tersebut, rata-rata telur yang dihasilkan mencapai 450 butir per harinya. Telur tersebut kemudian dikumpulkan dan disortir, dipilah untuk konsumsi dan mana untuk ditetaskan.
"Rata-rata telur untuk konsumsi 15 persen jadi untuk penetasannya sudah mencapai 85 persen. Saat puncak produksi, kami bisa memasok 2000 telur per minggu, khusus untuk DOC (day old chicken). Ayam KUB ini juga spesial karena dikemas dengan pakan probiotik. Ada ramuan rempah-rempah alami sehingga feses menjadi tidak berbau," pungkas Retno (mul/mpr)