Jakarta -
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan tugas khusus kepada pejabat negara sektor perdagangan demi memperbaiki neraca perdagangan Indonesia yang masih defisit.
Berbicara saat acara Trade Expo Indonesia (TEI) ke-33 tahun 2018, Jokowi menyinggung kinerja neraca perdagangan Indonesia yang masih jauh dari kata memuaskan.
Neraca perdagangan Indonesia secara kumulatif masih defisit, meskipun pada September 2018 surplus. Surplusnya neraca perdagangan itu dijadikan Jokowi sebagai momentum perbaikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa saja tugas Jokowi untuk pejabat perdagangan Indonesia? Simak selengkapnya di sini:
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada Kementerian Perdagangan dan para duta besar (dubes) Indonesia di negara-negara non tradisional untuk memacu ekspor nasional.
Jokowi bilang, neraca perdagangan Indonesia masih menjadi penyakit yang harus disembuhkan pemerintah. Penyakit yang dimaksud adalah defisit.
"Kita memiliki masalah yang sudah bertahun-tahun tidak bisa diselesaikan, yaitu neraca perdagangan, CAD," kata Jokowi saat membuka Trade Expo Indonesia (TEI) ke-33 di ICE BSD, Banten, Rabu (24/10/2018).
Jokowi menyebut, current account deficit (CAD/defisit transaksi berjalan) Indonesia tercatat US$ 17,3 miliar. Angka yang besar ini harus segera diperbaiki dengan cara mendorong ekspor.
Meski sepanjang tahun 2018 neraca perdagangan Indonesia masih defisit. Jokowi menilai di September 2018 terdapat titik cerah untuk membenahi neraca perdagangan. Pasalnya, September 2018 terjadi surplus sekitar US$ 220 juta.
"Saya menghargai usaha keras untuk masuk ke pasar ekspor terutama negara non tradisional, dan alhamdulillah September kemarin ada titik terang, neraca dagang kita mulai surplus 220 juta US$, masih kecil tapi sudah surplus," jelas dia.
Jokowi meminta kepada duta besar (dubes), atase perdagangan, dan Pusat Promosi Perdagangan Indonesia (Indonesian Trade Promotion Center/ITPC untuk membenahi sistem perdagangan Indonesia dengan negara-negara di Asia Selatan, Afrika, maupun ASEAN.
Hal itu diungkapkan Jokowi saat membuka sekaligus meresmikan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-33 tahun 2018 di ICE BSD, Banten, Rabu (24/10/2018).
"Terus perlebar pasar non tradisional, sekarang banyak sekali Asia Selatan, Afrika yang tidak diurus, saya ingin dubes bekerja keras untuk pasar non tradisional, bahkan pasar ASEAN sendiri, ini peluang besar yang tidak pernah kita urus, mulai kita urus dengan baik, sehingga ekspor kita benar naik, sehingga terjadi surplus neraca perdagangan," kata Jokowi.
Jokowi mengungkapkan, ekspor Indonesia per September 2018 tumbuh 9,2% dengan nilai US$ 122 miliar. Capaian tersebut menjadi tanda bahwa kinerja ekspor nasional sudah lebih baik.
Menurut Jokowi, pemerintah juga telah menyiapkan beberapa insentif kepada pabrik, dunia usaha, dan industri agar mampu berorientasi ekspor.
Tidak hanya itu, Jokowi juga meminta kepada para petugas perdagangan tanah air untuk bisa memanfaatkan perang dagang yang tengah terjadi sebagai peluang mendorong kinerja ekspor.
Jokowi memberikan tips agar sebuah produk tidak ditinggalkan oleh pelanggan atau tetap bisa bersaing dengan produk lain.
Tips yang dianjurkan oleh Jokowi adalah untuk memperbarui produk, kemasan (packaging), dan gencar promosi di setiap pameran maupun lewat internet.
"Saya titip untuk terus memperbarui produk, perbarui terus kemasan sehingga menjadi menarik, ketiga creating juga dengan hal promosi," kata Jokowi di ICE BSD, Banten, Rabu (24/10/2018).
Jokowi menceritakan inovasi atas produk perdagangan harus terus dilakukan apalagi sekarang sudah masuk revolusi industri 4.0, di mana semuanya berubah dengan cepat.
"Kalau kita tidak ingin ditinggal ya kita harus cepat berubah," ungkap dia.
Halaman Selanjutnya
Halaman