Merdunya Bisnis Burung Kicau Beromzet Puluhan Juta Rupiah

Merdunya Bisnis Burung Kicau Beromzet Puluhan Juta Rupiah

Trio Hamdani - detikFinance
Senin, 12 Nov 2018 08:03 WIB
Merdunya Bisnis Burung Kicau Beromzet Puluhan Juta Rupiah
Foto: Kicau Mania (Trio Hamdani-detikFinance)
Jakarta - Sebagian masyarakat mungkin menganggap orang-orang yang hobi bermain burung kurang kerjaan, bahkan mungkin terkesan buang-buang duit saja. Tapi siapa sangka, hobi tersebut bisa mendatangkan uang.

Perputaran uang dari pegiat burung kicau misalnya, atau biasa disebut kicau mania telah mendatangkan penghasilan hingga belasan juta rupiah per bulan. Tentunya ini jadi peluang bisnis yang menggiurkan.

Bahkan orang-orang yang hobi main burung pada akhirnya bisa hidup dari kecintaannya terhadap unggas tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikFinance berkesempatan mewawancarai para kicau mania yang sukses dengan hobinya itu. Berikut informasi selengkapnya.

Berawal dari Hobi Lomba

Foto: Kicau Mania (Trio Hamdani-detikFinance)
Bermula dari hobi mengikuti lomba burung kicau, Arun terjun ke dunia bisnis. Dia buka kios burung dengan omzet Rp 60 juta per bulan.

Banyak kompetisi dia menangkan selama dua tahun ikut aneka lomba burung kicau. Hingga ada orang tertarik membeli burungnya yang memenangkan lomba. Meski sayang, Arun akhirnya melepas dua burung spesial yang telah banyak mengantar dia jadi juara.

Burung pertama terjual Rp 17 juta dan kedua Rp 4 juta. Dia pun berfikir untuk mulai terjun ke bisnis burung. Dari uang hasil penjualan dua burung tersebut, Arun merancang untuk membuka sebuah kios.

Dirasa modal sebesar Rp 21 juta belum cukup, dia kemudian membuka tabungan yang terkumpul dari hadiah memenangkan sejumlah lomba burung kicau. Mulailah Arun membuka kios burung dengan modal Rp 35 juta.

Awalnya, dia hanya menjual pakan burung kicau, mulai dari kroto, jangkrik, pur, dan sebagainya. Lambat laun dia tambah dagangan hingga akhirnya komplit. Dalam tiga bulan perkembangan kiosnya cukup bagus.

Dari sejumlah keuntungan yang didapat selama tiga bulan, dia gunakan untuk menambah jenis dagangan. Tak hanya makanan burung, Arun kemudian menambah dengan kandang-kandang burung. Baru, dalam setahun dia bisa mepenhla dengan burung.

"Dan 1 tahun kita lengkapin dengan burung bahan yang sangat dicari oleh orang, semua burung kita utamakan burung yang bagus-bagus gitu, yang cepat lakunya, tapi dengan harga yang Insyaallah masih terjangkau," kata Arun saat berbincang dengan detikFinance Senin, 5 November 2018.

Burung yang dia jual beragam, mulai dari cucak ijo hingga jalak suren. Kisaran harga burung yang dia jual juga terjangkau, mulai dari Rp 550 ribu hingga Rp 1,6 juta. Namun itu untuk burung bahan, alias burung yang belum dilatih. Sementara burung yang sudah terbentuk bisa dihargai Rp 5 juta.

Kini, kios burung Arun sudah berjalan kurang lebih 2 tahun. Omzet kotornya telah menyentuh Rp 50 juta hingga Rp 60 juta per bulan. "Rp 60 juta itu untuk kotor, tapi untuk bersihnya bisa Rp 30-40 juta per bulannya," ungkap Arun.

Rela Banting Setir Demi Hobi

Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom
Bila ingin sukses berbisnis ada yang bilang harus sesuai passion atau hobi. Tampaknya hal itu dibuktikan oleh Giyanto yang kini sukses berjualan pakan burung, terutama untuk burung kicau.

Sebelum Giyanto berbisnis pakan, dia menggeluti usaha berjualan kue kering, meski di saat yang bersamaan dia telah menanamkan modalnya di bisnis pakan burung yang dijalani oleh saudaranya. Modal yang dia tanamkan Rp 8 juta pada saat itu.

Kios miliknya berlokasi di Jalan Utan Panjang Timur, Utan Panjang, Kemayoran, Jakarta Pusat. Kiosnya diberi nama SPS Jaya.

Dari yang awalnya hanya menanamkan modal di kios saudaranya, akhirnya Giyanto mulai mengambilalih lantaran saudaranya tidak bisa melanjutkan. Kurang lebih itu terjadi sekitar 2004-2005.

Dia mengaku memang hobi dengan dunia burung kicau. Saat memulai bisnis tersebut, dia juga tetap menggeluti bisnis kue kering yang sudah dirintisnya lebih dulu. Namun pada gilirannya dia menutup usaha kue kering dan memilih fokus dengan bisnis jualan pakan burung tersebut.

"Tadinya saya masih usaha kue kering juga awalnya tahun pertama. Tahun kedua sudah nggak dilanjutin, dilepas," kata dia saat berbincang dengan detikFinance di kiosnya baru-baru ini.

Saat mengambilalih kios pakan burung, Giyanto menambah modal usahanya sekitar Rp 20 juta. Modal tersebut dia peroleh dari usaha kue kering miliknya.

Dia mengaku, sejak 2004 memulai bisnis pakan burung, penghasilannya terus bertambah. Omzetnya dulu hingga kini sudah naik hingga 100%. Jika dulu Giyanto hanya mampu meraup omzet Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu per hari, dengan kenaikan 100% maka omzetnya kini mencapai Rp 5 juta per hari.

"Iya (Rp 5 juta) lebih kalau (omzet) kotor ya," sebutnya.

Pakan burung yang dia jual pun bermacam-macam, mulai dari multivitamin untuk burung hingga pakan sehari-hari, mulai dari merek lokal hingga produk impor. Untuk multivitamin kisaran harganya Rp 15 ribu-Rp 100 ribu. Sementara pakan Rp 7 ribu sampai Rp 65 ribu.


Wanita Juga Tak Mau Ketinggalan

Foto: Mar Atun Kicau Mania (Foto: Trio Hamdani-detikFinance)
Dunia kicau mania atau perburungan biasanya didominasi oleh kaum pria, termasuk pelaku bisnis terkait. Namun, hal itu tidak menghalangi Mar Atun untuk berbisnis jualan kandang burung.

Kios milik perempuan tersebut berlokasi di Jalan Bambu Apus Raya, Bambu Apus, Jakarta Timur. Toko tersebut diberi nama Hana Sangkar.

Mar Atun mulai menggeluti bisnis jualan kandang burung pada 6 tahun lalu. Kala itu, modal yang dia gelontorkan sekitar Rp 6 juta dari kantong pribadinya. Namun pada awalnya barang jualannya tidak begitu komplit.

"Awal mulanya ya sedikit sedikit lama lama komplit," katanya saat berbincang dengan detikFinance di kiosnya baru-baru ini.

Dia memberanikan diri terjun ke bisnis yang mayoritas digandrungi kaum Adam tersebut karena saudaranya memang banyak yang berbisnis serupa.

"Karena saudara saya di Cirebon itu sudah bisnis seperti ini semua. Jadi saya coba coba ngikut di Jakarta," ujarnya.

Kandang burung yang dia jual dipasok dari beberapa daerah di dalam negeri, mulai dari Solo, Malang, Madiun, termasuk Cirebon. Harganya pun variatif, mulai dari Rp 40 ribu untuk ukuran paling kecil, hingga Rp 800 ribu untuk ukuran besar dan bermerek.

Rata-rata, konsumen yang membeli kandang burung di tempatnya adalah komunitas kicau mania.

Omzet kotor yang dia peroleh dalam sebulan bisa mencapai rata-rata Rp 37,5 juta, dengan keuntungan bersih yang diterima sekitar Rp 7,5 juta. Hal itu dengan menjual kandang per hari 4-10 buah, ditambah penjualan aksesoris lainnya.

Rela Tinggalkan Pekerjaan Menggiurkan

Foto: Kicau Mania (Trio Hamdani-detikFinance)
Trio Imam Santoso adalah salah satu orang yang menggantungkan hidupnya dari burung. Puluhan tahun sudah dia menggeluti dunia tersebut.

Sebagai salah satu dedengkot kicau mania, Imam mulai mengenal burung sejak 1974. Dan dia sudah terjun di dunia perlombaan burung sejak 1987. Mulai di tahun tersebut dia rajin mengikuti lomba burung kicau.

Namun dia sempat berhenti sekitar 8 tahun dari dunia perburungan. Pasalnya kala itu dia mendapatkan tawarkan bekerja di bidang kontraktor. Singkat cerita, pada 1997 dia mulai bermain burung lagi karena saat itu terjadi krisis moneter (krismon).

"Mulai lagi 1997, kan lagi krismon jadi banyak nganggur karena nggak ada proyek," atanya saat berbincang dengan detikFinance melalui sambungan telepon, Jumat (9/11/2018).

Menurutnya pegiat kicau mania pada saat itu tidak terpengaruh dengan situasi krismon. Dia pun mulai melupakan pekerjaannya di bidang kontraktor walaupun pasca krisis dia ditawari kembali pekerjaan tersebut.

Dia mulai enjoy kembali main burung dan mengaku tidak memikirkan pekerjaan lain hingga akhirnya dia menekuni hobi burung sebagai matapencaharian.

"Pas krismon saya sering lomba burung dan sering menang. Dulu kalau menang banyak pembelinya, kalau menang lomba banyak yang mau beli (burung milik saya) karena peminat burung lomba terus nambah," paparnya.

Bahkan, berkat burungnya sering menang lomba dia pernah berhasil menjualnya seharga Rp 125 juta. Padahal dulu dia membelinya hanya Rp 5 juta.

Orang yang membeli burungnya dengan harga selangit itu adalah salah seorang pengusaha di bidang pipa migas pada tahun 2000.

Selain itu, dia juga sering membantu menjual burung orang lain yang sudah sering menang. Berkat relasinya yang luas di kicau mania, dia bisa dengan mudah menjual seekor burung dikisaran Rp 250 juta. Dari penjualan burung tersebut dia mendapatkan komisi sekitar Rp 10 juta.

Dia mengaku saat ini benar-benar menggantungkan hidup dari burung sejak krismon 1998. Terbukti hingga kini dia bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dari situ walaupun dia hanya berbisnis dari rumah karena tidak memiliki kios.

Ini Tips Agar Burung Juara

Foto: istimewa
Bisnis burung kicau kian menjanjikan dengan munculnya banyak komunitas kicau mania. Salah satu komunitas itu ada di Kawasan Condet, Jakarta Timur dengan nama Arun Kicau Mania (AKM). Komunitas ini terbentuk memang karena kehadiran kios burung milik Arun.

Di kios burung milik Arun ini jugalah komunitas tersebut bermarkas. Pada Senin, 5 November lalu detikFinance mendatangi markas AKM. Bisa dibilang Arun adalah kepala geng komunitas kicau mania tersebut.

Komunitas ini berdiri setelah Arun membuka kiosnya. Di awal kios dibuka satu persatu pecinta burung kicau datang. Awalnya mereka hanya nongkrong, lama-lama saling bertukar ilmu tentang burung kicau.

"Untuk komunitas awalnya kita kios. Jadi kios kan dari awal banyak teman, banyak yang nongkrong, jadi kita bikin komunitas sendiri itu AKM, Arun Kicau Mania. Untuk lokasinya di Jalan Raya Condet, depan Sate Abu Salim, Jakarta Timur," kata Arun saat berbincang dengan detikFinance, Senin 5 November 2018.

Kini jumlah anggota komunitas AKM mencapai 50 orang. Banyak anggota yang mencari ilmu di tempatnya guna mengetahui bagaimana cara agar bisa menang lomba burung kicau.

Dia pun tak pelit membagi tips ke para anggota komunitasnya agar burungnya bisa menang lomba. Seperti yang dia bagikan kepada detikFinance, dia mengatakan, untuk membuat burung menang lomba adalah melihat prospek burung itu dulu.

Jika burung itu memiliki prospek yang bagus ke depannya, baru dilatih dan diberi perlakuan khusus layaknya burung lomba.

"Jadi perawatan terutama makanan, yang terutama itu kroto, kalau untuk yang pemakan serangga itu kroto, jangkrik, dan ulat, cukup itu saja," terangnya.

Perawatan selanjutnya adalah burung dimandikan 2 kali sehari, pagi dan sore. Setelah itu, jangan lupa burung dijemur setiap hari, dan penjemuran paling lama 1-2 jam.

Jika perlakuan terhadap burung itu tidak tepat bisa membuatnya stres sehingga kualitas suaranya jadi kurang bagus. Hal-hal yang bisa membuatnya stres adalah dari pengaruh lingkungan yang tidak kondusif serta makanan.
Halaman 2 dari 6
(ang/ang)
Hide Ads