"Prospek ekonomi Indonesia akan semakin membaik dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dan stabilitas yang tetap terjaga," kata Perry dalam acara Pertemuan Tahunan BI di Jakarta Convention Center, Selasa (27/11/2018).
Dia menargetkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan diperkirakan tetap tumbuh di kisaran 5%-5,4%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertumbuhan ini karena masih kuatnya permintaan domestik baik konsumsi maupun investasi, sementara kinerja netcekspor membaik dan impor yang menurun.
Sedangkan untuk angka inflasi, diproyeksikan terkendali berada di kisaran 3,5% plus minus 1%. Sementara itu, BI memproyeksikan defisit transaksi berjalan pada tahun depan akan turun menjadi sekitar 2,5% dari produk domestik bruto (PDB).
Dia memproyeksikan pertumbuhan kredit pada 2019 mencapai 10% - 12%, sementara pertumbuhan DPK perbankan mencapai 8%-10% dengan kecukupan likuiditas yang terjaga.
"Dalam jangka menengah, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi domestik bisa berada di kisaran 5,5%-6,1% pada 2024, seiring dengan percepatan pembangunan infrastruktur dan serangkaian kebijakan deregulasi," ujarnya.
Menurut dia pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi juga didorong oleh serangkaian kebijakan reformasi struktural yang difokuskan pada peningkatan daya saing perekonomian, terutama aspek modal manusia dan produktivitas.
Perry menjelaskan dibutuhkan kapasitas dan kapabilitas industri untuk meningkatkan ekspor dan mengurangi defisit transaksi berjalan, serta pemanfaatan ekonomi digital untuk mendorong pemberdayaan ekonomi secara luas dan merata.
Pada 2024, defisit transaksi berjalan pun bisa menurun hingga di bawah 2% dari PDB. Pendapatan per kapita juga bisa meningkat dari sekitar US$ 3.500 menjadi lebih dari US$ 4.800. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan Indonesia menjadi negara berpendapatan menengah atas. (hek/zlf)