Kebijakan menahan harga BBM dan tarif listrik pun dianggap sebagai 'bom waktu' pemerintah. Pasalnya, kedua harga itu seharusnya sudah naik di tahun 2018.
"Ya memang kalau inflasi kita sumbernya selalu volatile food atau administered prices. Soal yang anda sebut tadi (BBM) administered prices. Jadi, harus dikendalikan di volatile food-nya," kata Darmin di Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat (30/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat 'bom waktu' dari kebijakan ekonomi itu, tingkat inflasi bisa melonjak ke level 5%. Pasalnya, ketika harga BBM dan tarif listrik naik maka harga pangan atau sembilan bahan pokok (sembako) pun akan ikut naik.
Oleh karena itu, antisipasi pemerintah agar inflasi tetap berada di level rendah atau sesuai dengan target APBN yang sebesar 3,5% upayanya dengan menjaga suplai volatile food (pangan).
"Artinya kalau kita produksi bagus untuk volatile food mestinya nggak ada apa-apa. Harga tenang-tenang saja tapi kalau nggak bagus, ya harus cepat mengambil keputusan," ungkap dia.