Direktur Program Indef Berly Martawardaya mengatakan peningkatan inflasi tersebut jika pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tarif listrik.
"Akibat penundaan kenaikan harga-harga di 2018, prediksi saya inflasi 2019 akan naik ke kisaran 5% plus minus 1%," kata Berly saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Jumat (30/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berly menganggap, langkah pemerintah menahan harga BBM subsidi dan penugasan serta tarif listrik membuat APBN terbebani, ditambah lagi keuntungan BUMN energi yaitu Pertamina dan PLN tergerus.
Oleh karena itu, siapapun presiden terpilih pada tahun 2019 mau tidak mau menaikkan harga BBM dan tarif listrik. Langkah menahan harga BBM dan tarif listrik ini disebut sebagai 'bom waktu ekonomi'.
Sementara itu, Peneliti dari Indef Bhima Yudhistira menilai kebijakan menahan harga BBM dan tarif listrik akan berdampak ke masyarakat.
Pasalnya, ketika ada penyesuaian harga maka harga-harga pangan inti atau sembilan bahan pokok (sembako) pun akan menyesuaikan.
"Beban ini akan dialihkan ke masyarakat dan pelaku usaha kecil. Masyarakat level bawah yang paling sensitif terhadap kenaikan harga BBM dan listrik. Konsumsi melambat, kemiskinan naik," kata Bhima.
Tonton juga 'Jokowi Ingin Inflasi RI 1-2% Seperti Negara Maju':