Tukang 'Ngeprint' Depan Kampus Justru Menjamur di Era Digital?

Bisnis 'Ngeprint' Depan Kampus

Tukang 'Ngeprint' Depan Kampus Justru Menjamur di Era Digital?

Hendra Kusuma - detikFinance
Minggu, 16 Des 2018 15:34 WIB
Foto: Hendra Kusuma/detikFinance
Jakarta - Era digital nampaknya bukan menjadi momok yang menakutkan bagi para pelaku usaha di Indonesia. Salah satunya adalah para tukang 'ngeprint' dan penjilidan yang berlokasi di seberang maupun samping kampus.

Era digital atau perkembangan teknologi justru memacu para pelaku usaha di bidang percetakan kreatif dalam menjalankan bisnisnya.

Anggap saja masa-masa internet di Indonesia masih terbatas sebagai rezeki nomplok bagi para toko fotokopi dan penjilidan. Karena, seluruh tugas baik mahasiswa, anak sekolah, orang kantoran pasti rela antre di toko tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Benar, seluruh tugas sebelum era internet merajalela pasti harus dicetak, lalu digandakan terlebih dahulu sebelum dikumpulkan. Kini hal itu jarang terjadi lagi.


Pelajar maupun mahasiswa seringnya mendapatkan tugas melalui surat elektronik (email) atau WhatsApp. Mereka tak perlu lagi antre di depan toko fotokopi untuk menggandakan tugas.

Namun bukan berarti bisnis fotokopi kini sepi. Justru makin banyak orang membuka bisnis ini. Enda, salah satu pemilik toko fotokopi dan penjilidan Pelangi Mandiri di sebrang Universitas Gunadarma justru mengatakan bahwa era digital membuat toko percetakan menjamur, khususnya di sekitar kampus.

Dia menyebut, jumlah antrean toko percetakan tidak seramai saat internet masih terbatas. Sebab, pada masa itu jumlah toko percetakan sedikit dan selalu ramai.

"Kalau sekarang malah makin banyak di sini (sekitar kampus), jadi kalau kelihatannya sedikit pengunjung karena tersebar ke toko lain," kata dia saat berbincang dengan detikFinance, Jakarta, Rabu (12/12/2018).

Enda mengatakan, kondisi bisnis 'ngeprin' dan penjilidan pun masih bagus meskipun sudah tidak seramai dahulu.

Menurut dia, khususnya mahasiswa dan mahasiswi zaman sekarang sudah jarang mendapat tugas yang harus dicetak dan dijilid. Ada beberapa dosen yang sudah mengubah pola pembelajaran dan pemberian tugas kepada mahasiswanya.

Biasanya membagikan tugas dengan cara memberi selebaran kepada ketua kelas, lalu tugas tersebut digandakan (fotokopi) agar satu ruangan dapat kebagian, di era digitalisasi sekarang sudah banyak dosen yang memberikan tugas melalui email.

"Tapi tren bisnisnya tetap bagus, karena masih ada anak kampus yang cetak tugasnya," ujar dia.


Sementara itu, Budi salah satu pemilik toko fotokopi di sekitaran Stasiun Pondok Cina ini mengatakan kreatifitas menjadi salah satu kunci toko percetakan tetap eksisting.

Dia menceritakan, perkembangan teknologi atau di era digitalisasi ini para pemilik toko harus dituntut kreatif. Yakni mampu beradaptasi dan memenuhi keinginan para konsumennya.

"Setiap zaman tentu berbeda, karena setiap zaman itu menuntut berbeda, terutama di bidang teknologi, tentunya sekarang yang dulunya manual sekarang larinya ke digital," kata Budi.

Kreatifitas yang dimaksud yaitu semakin memanjakan para konsumen dengan fasilitas yang disediakan para pemilik toko percetakan. Jika ada pemilik percetakan yang menutup tokonya itu disebutnya sebagai amatiran.

"Karena membuka saja tanpa didalami, ya itu amatir lah. Jadi dia hanya sekadar coba-coba, dia tidak kuat terhadap perubahan, sebetulnya kalau pengusaha itu setiap hari harus bisa beradaptasi, sama dengan zaman," kata dia. (erd/dna)

Hide Ads