"Zero tarif, sudah ditandatangani sudah setuju," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di kantornya, Minggu (16/12/2018).
Adapun barang-barang dari Indonesia yang mendapat kemudahan akses itu antara lain produk perikanan, industri (tekstil, furnitur, sepeda, elektronik, dan ban mobil), dan pertanian (antara lain kopi dan kelapa sawit). Sementara, EFTA mendapat kemudahan akses pasar untuk produk emas, obat-obatan, tekstil, kimia, jam, makarel, mesin, jus, tanker dan parfum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Enggar, perjanjian ini menguntungkan, sebab semua permintaan Indonesia diberikan EFTA. Sementara, meski negara EFTA mendapat perlakuan yang sama berupa bebas tarif tapi tidak banyak barang yang dibutuhkan Indonesia.
"Kalau dihitung dari analisa yang dibuat maka saya bisa sampaikan kita diuntungkan. Semua yang kita minta kita dikasih sama mereka," ujarnya.
"Semua market akses dibuka oleh EFTA ini. Jadi saya mohon dukungan, tidak ada satupun atau perjanjian yang saya lakukan itu merugikan itu nggak ada. Dan Bapak Presiden pasti tidak izinkan kalau itu merugikan. Kalau bicara ancaman ada aja, produk mereka juga zero tarif. Tapi kalau menutup diri ya kita nggak akan hidup ekonominya, tapi berapa sih complementary each other, jadi tidak yang khusus dikhawatirkan," paparnya.
Dia mencontohkan, seperti halnya salmon. Menurut Enggar, salmon hanya dikonsumsi masyarakat kelas menengah atas.
"Kenapa dipersilakan masuk, siapa sih makan salmon, itu kan high end saja. Kita tidak memproduksi itu. Adanya di five star hotel," tutupnya. (dna/dna)