Program ini bisa dimanfaatkan untuk kemajuan desa dan daerah pinggiran dengan bekerja sama dengan GNTI (Gerakan Nelayan Tani Indonesia).
"Tolong kepala desa, sebagian dari dana desanya bekerja sama dengan lembaga GNTI untuk bisa mengadakan penerangan bagi desa-desa atau rumah-rumah yang belum punya listrik," kata Eko, dalam keterangan tertulis, Jumat (21/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut ia ungkapkan usai meluncurkan Program Nasional Desa Terang Terintegrasi KUR Sektor untuk Petani dan Nelayan Produksi Wilayah Sumatera, di Desa Sumber Sari, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu, pada Kamis (20/12/2018).
Ia menjelaskan bahwa pengadaan penerangan tersebut tidak berbenturan dengan program PLN karena masih banyak daerah-daerah yang belum masuk listrik. Eko mengatakan banyak dari daerah-daerah miskin yang belum mampu untuk membayar listrik jadi bisa dibantu dengan menggunakan solar cell gratis.
"Ini bisa digunakan dengan dana desa. Sekarang dana desa banyak digunakan untuk listrik itu kan salah satunya menyambung listriknya yang bayar. Nah itu masyarakat tidak mampu, banyak desa yang menggunakan dana desanya untuk menyambung listrik. Ada baiknya kerja sama dengan GNTI (Gerakan Nelayan Tani Indonesia) untuk program desa terang ini karena sudah berpengalaman dan dites sehingga tidak salah pilih juga," paparnya saat meninjau rumah penerima manfaat.
Menurutnya ini satu program yang baik dari GNTI karena kelompok ini memberikan listrik, lampu, televisi sehingga masyarakat tidak terisolasi dan produktif dengan adanya listrik.
Bahkan, bisa tahan lama hingga 5 tahun lebih dan ditargetkan mencapai 200 ribu rumah.
Sementara itu, Ketua GNTI Rokhmin Danuri mengatakan kriteria penerima manfaat Desa Terang, antara lain pertama keluarga yang kurang mampu secara ekonomi, kedua rumah dan desa itu belum teraliri oleh listrik.
"Ini energinya dari matahari jadi selain murah, juga ramah lingkungan. 2.700 rumah akan disalurkan di Kepahiang. Target 270 ribu rumah untuk tahun 2019 dan masih ada sekitar 5 juta rumah lagi yang punya listrik tapi masih 100 watt. Di Bengkulu untuk tahun ini 13 ribu. Kekuatannya per rumah 300 watt dalam perangkat itu selain bohlam, saklar, TV, parabola, ini teknologi baru, 5 tahun baru ganti aki. Sedangkan untuk PJU (Penerangan Jalan Umum) sekitar 3 ribuan desa," terangnya.
Bupati Kepahiang mengapresiasi program Desa Terang ini, menurutnya hal ini mendukung elektrifikasi desa, serta menjangkau daerah-daerah yang tidak terkoneksi listrik PLN.
"Jadi bisa membantu masyarakat dan sebagai sumber informasi juga. Satu kampung 87 dan akan ditambah lagi," ungkapnya.
Salah satu masyarakat penerima manfaat yaitu Miswarto, dirinya mengaku sangat terbantu dengan program Desa Terang ini, terlebih setelah rumahnya dipasang sekitar setengah bulan yang lalu.
"Sebelumnya nggak ada listrik hanya minta dari tetangga. Alhamdulillah dapat bantuan dari desa terang ini bersyukur, karena selama ini gelap kini punya sendiri kan senang, nggak pernah mati Alhamdulillah hidup terus, untuk listrik, lampu, tv, nge-charge hp, itu sudah," ungkapnya.
Program Nasional Desa Terang sudah dicanangkan presiden Joko Widodo pada 12 April 2017. Program Desa Terang adalah gagasan Gerakan Nelayan Tani Indonesia yang bekerja sama dengan kementerian lembaga, terkait dalam hal memberikan bantuan penerangan listrik kepada daerah yang masih tertinggal atau daerah yang belum teraliri jaringan listrik dan penerangan.
Berangkat dari keinginan untuk membantu penerangan di desa-desa dan daerah pinggiran, ada sekitar 2 ribuan desa yang belum teraliri listrik, serta 5 juta rumah di bawah 200 watt.
Paket bantuan ini menyalurkan dana CSR dari BUMN dan perusahaan pembuat solar cell, juga kolaborasi antar kementerian. Dengan paket solar home system, baterainya diganti selama 5 tahun, sedangkan PJU diganti setelah 14 tahun. Tiap rumah dialiri listrik dari matahari atau energi terbarukan.
Untuk mengetahui informasi lainnya seputar kabar desa, dapat melihat di sini. (mul/ega)