Banjir Kembang Api dan Petasan asal China Jelang Tahun Baru

Banjir Kembang Api dan Petasan asal China Jelang Tahun Baru

Saifan Zaking - detikFinance
Kamis, 27 Des 2018 07:44 WIB
Banjir Kembang Api dan Petasan asal China Jelang Tahun Baru
Foto: Lamhot Aritonang
Jakarta - Perayaan tahun baru identik dengan pesta kembang api. Setiap jelang akhir tahun, pesanan kembang api pun melonjak.

Pesanan ini tidak hanya dipenuhi oleh produk lokal tapi juga impor. Salah satu importir menyebut jelang akhir tahun ada 10 kontainer kembang api dari China yang masuk. Masing-masing kontainer berisi 800 sampai 1.000 karton kembang api.

Harga yang ditawarkan pun berbeda-beda tiap jenisnya. Sebab, murah atau mahalnya harga tergantung besarnya tabung dan kualitas bunga api yang dihasilkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari mana asal kembang api yang beredar di Indonesia? Kembang api jenis apa yang paling mahal? Simak selengkapnya di sini:

Dari China ke Pelosok Nusantara

Foto: Lamhot Aritonang
Direktur Utama PT Toyindo Perkasa Oki Santosa selaku salah satu importir kembang api mengatakan semua produk yang dimiliki perusahaannya berasal dari negara China.

"Impor, kita semua impor dari China," jelasnya kepada detikFinance, Rabu (26/12/2018).

Jalur pendistribusian kembang api pun mencakup Provinsi Sumatera hingga Papua.

"Distribusi ya Jawa, Sumatera, Kalimantan sampai Papua," terangnya.

Pihaknya memilih produk dari China untuk di impor ke Indonesia adalah karena negara tirai bambu tersebut merupakan salah satu eksportir dan produsen kembang api terbesar di dunia.

"Karena belum ada produk dari dalam negeri kecuali kembang api kawat dan China juga sebagai produsen terbesar kembang api," tuturnya.

Pesanan Tinggi

Foto: Lamhot Aritonang
Sebagai salah satu importir kembang api, ia mengatakan bahwa permintaan kembang api menjelang tahun baru itu bisa mencapai 10 kontainer. Setiap kontainernya mengangkut 800 hingga 1.000 karton kembang api berbagai jenis.

"1 kontainer itu 800 sampai 1.000 karton, kita itu ada lah 10 kontainer," jelasnya kepada detikFinance, Rabu (26/12/2018).

Oki menambahkan, pihaknya membagi 2 area sebagai tujuan distribusi yaitu wilayah bagian Barat dan bagian Timur.

"Relatif lah banyak sedikitnya, cuman kalau permintaan kita bagi dua wilayah Barat dan Timur, sama seperti WIB dan WIT. Timur itu seperti Papua, Manado, NTT, Bali. Khususnya yang mayoritas penduduknya beragama Nasrani," terangnya.

Perbedaan permintaan pun terjadi tiap wilayah. Menjelang Hari Raya Idul Fitri pesanan di dominasi untuk wilayah Barat, sedangkan wilayah Timur permintaannya mendominasi setiap akhir tahun.

"Kalau Barat itu paling banyak pas Idul Fitri kalau Timur untuk ke akhir tahun ya," tutupnya.

Dijual Mulai Rp 5.000 Hingga Rp 3 Juta

Foto: Lamhot Aritonang
Oki menjelaskan bahwa harga kembang api dari China yang diimpor oleh pihaknya itu dijual dengan harga mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 3 juta.

"Ya bervariasi, untuk anak-anak yang pop pop itu murah, 3 pak itu di jual Rp 5.000, kalau roman candle di jual sekitar Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu 2 batang, kalau yang paling mahal itu jenis cake itu tergantung dari banyaknya tembakan, besarnya tabung, variasi tembakan, itu bisa sampai Rp 3 juta," terangnya kepada detikFinance, Rabu (26/12/2018).

Jenis kembang api yang dijual pun beragam, mulai dari kembang api pop pop atau lebih dikenal dengan petasan banting hingga cake.

"Ada yang buat anak-anak seperti pop pop, air mancur, roman candle yang batangan itu, kemudian ada yang jenis cake, ya macam-macam lah," jelasnya.

Permintaan Tinggi, Tapi Omzet Turun 30%

Foto: Lamhot Aritonang
Menurut Oki, dalam 5 tahun terakhir ini, permintaan pesanan kembang api semakin menurun.

"Ya relatif hampir sama lah dari tahun ke tahun, tapi 5 tahun belakangan ini menurun lah. omzet turun 30%-nan ada lah" jelasnya ketika dihubungi detikFinance, Rabu (26/12/2018).

Menurunnya permintaan dari tahun ke tahun bukan tanpa sebab, melainkan karena semakin banyaknya importir yang menambah persaingan pasar industri kembang api.

"Karena pemainnya tambah banyak, importirnya tambah banyak, katakanlah dulu pasarnya hanya 5 orang, sekarang dibagi 10, terus dibagi lagi 15 orang, kan itu makin kecil porsinya (penjualan)," terangnya.

Halaman 2 dari 5
(ang/ang)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads