Meneropong Ekonomi RI Pasca Pilpres 2019, Makin Baik atau Loyo?

Meneropong Ekonomi RI Pasca Pilpres 2019, Makin Baik atau Loyo?

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Senin, 28 Jan 2019 13:13 WIB
Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Jakarta - Ekonomi menjadi salah satu isu yang paling diperhatikan dalam kontestasi Pilpres 2019. Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bima Yudhistira mengatakan siapapun Presiden yang terpilih nantinya bakal menghadapi tekanan dari global yang masih penuh ketidakpastian untuk mencapai target ekonomi yang diinginkan.

"Presiden terpilih pasti akan sibuk dalam 1-2 tahun pertama menghadapi gejolak ekonomi global. Baru pada tahun ketiga dan keempat bisa reformasi struktural ekonominya," katanya dalam acara Forum Tebet di bilangan Jakarta Selatan, Senin (28/1/2019).


Dia bilang, ekonomi global akan menjadi tantangan besar dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. Sejumlah isu di negara maju menjadi efek yang harus diantisipasi oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini bisa dilihat dari proyeksi pertumbuhan global tahun ini yang disebut International Monetary Fund (IMF) dan World Bank akan melambat atau bahkan makin suram. Kebijakan-kebijakan proteksionisme yang diambil sejumlah negara pun menjadi kekhawatiran selanjutnya.

"Saya dapat kabar beberapa negara juga sedang lakukan proteksionisme, seperti Filipina. Kita khawatir akan banyak negara yang memilih proteksi-proteksi dagang, sehingga bikin kita khawatir ke kinerja ekspor," kata Bhima.


Penentuan menteri bidang ekonomi yang dipilih oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih pun menjadi penentu reaksi pasar pasca pilpres 2019.

"Pasar sebenarnya akan berspekulasi di bulan November pada saat penentuan menteri-menteri di kabinet. Siapa Menteri Keuangannya, Menko Perekonomiannya, Bappenasnya dan lain-lain. Jadi Pilpres belum selesai sampai April tapi di November," katanya. (eds/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads