Investasi di Indonesia justru sangat rentan dengan gejolak ekonomi global.
"Kalau kita lihat IHSG dalam sejarahnya yang jatuh cukup dalam tidak pernah karena politik. Pada 1998 itu karena krisis global, 2008 IHSG anjlok karena krisis yang disebabkan subprime mortgage," ujarnya dalam acara Investment Outlook Kemilau Harga Emas di Tahun Babi, di Ritz Carlton Kuningan, Jakarta, Jumat (25/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Justru menurut pria yang akrab disapa Toto itu kondisi ekonomi yang mempengaruhi politik. Dalam sejarah politik di Indonesia, pimpinan negara beberapa kali lengser karena kondisi ekonomi.
Dia mencontohkan lengsernya presiden pertama Soekarno pada 1967 lebih banyak dipicu kondisi ekonomi. Saat itu pemerintah orde lama tak mampu menjinakkan laju inflasi yang terbang hingga 600% lebih di 1966.
"Kemudian apa yang membuat Soeharto lengser? Apakah karena demo mahasiswa? Demo mahasiswa sudah terjadi sejak 1977, apakah karena ribut politik? tidak mungkin, politik Soeharto sangat kuat. Soeharto lengser karena inflasi yang sangat tinggi, nilai tukar anjlok. Jadi kenyataannya ekonomi menjadi dasar perubahan politik," tambahnya.
Oleh karena itu dia mengimbau agar para investor tak perlu mengkhawatirkan pesta politik yang terjadi tahun ini. "Cukup nikmati saja dari televisi cebong vs kampret ini, tenang saja," tuturnya.
Sementara dalam acaranya yang sama, Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) Paulus Lumintang meyakini di tengah hiruk pikuk yang terjadi di tahun ini, komoditi emas akan bersinar.
Sebab selain tahun politik, ketidakpastian ekonomi global tahun ini masih berlanjut. Dengan kondisi tersebut para investor akan cenderung menempatkan uangnya di emas yang dianggap sebagai instrumen investasi paling aman. (das/hns)