Di balik fenomena itu, ada cerita pilu yang datang dari pengemudi alias sopir Metromini. Bagi mereka, pindah profesi bukan perkara mudah.
Jali mislany, pengemudi Metromini jurusan Lebak Bulus-Blok M ini mengungkapkan kepiluannya yang hanya bisa pasrah dengan mulai pudarnya eksistensi Metromini. Keahliannya hanya mengemudi, namun dirinya tak punya kendaraan untuk dikemudikan kecuali Metromini yang saat ini dikendarainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernah mencoba menjadi pengemudi taksi online, namun penghasilanya dianggap tak seberapa karena masih menggunakan mobil orang lain. Pilunya lagi, ingin jadi pengemudi ojek online (ojol) pun Jali tak bisa karena tak punya sepeda motor.
"Narik Grab pernah, tapi ya gitu pakai mobil orang juga. Mesti bayar juga, belum lagi ngerinya kalau itu mobil lecet apa kenapa gitu kan, udah angus kali tuh akunnya juga, mau daftar yang motor gak punya motor," ungkap Jali saat berbincang sembari memacu Metromininya.
Kini, Jali cuma berharap satu hal, dia hanya ingin tetap mengemudikan Metromini untuk menyambung hidupnya. Metromini di matanya tidak akan pernah ada matinya, meskipun sudah ditekan kanan kiri, meskipun juga penumpangnya sudah dicuri sana sini.
Begitulah Metromini mulai pudar dari mata masyarakat, kemunculan transportasi-transportasi baru di Jakarta mulai menggeser bus oranye-biru ini. Di ujung jurang eksistensinya, kini bus legendaris ini bagaikan berada di fase 'hidup segan, mati tak mau'. (dna/dna)