Hal itu dikatakan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri Djoko Raharto kepada detikcom saat ditemui di Kantor BI Kediri, Jalan Basuki Rahma Kota Kediri. Kamis, (14/2/2019).
"Bawang merah ini sudah dikaji cukup lama. Tahun sebelumnya tanam bibit Philip yang besar-besar diameternya 3 centimer dan ini memenuhi syarat untuk ekspor," kata Djoko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk lokasi uji coba, BI Kediri menggandeng petani bawang merah di Desa Mojorembun, Rejoso, Kabupaten Nganjuk. Lokasi itu merupakan kluster bawang merah seluas hingga dua hektare. Para petani yang tergabung di gabungan kelompok tani (Gapoktan) daerah tersebut diberi bibit lalu mereka menanam bawang merah jenis Philip tersebut.
Untuk hasil dari tanam tersebut, Djoko menyebut akan dijadikan bibit. Diharapkan pada Mei-Juni nanti bisa produksi, sehingga jika panen Oktober nanti siap ekspor bawang merah jenis Philip tersebut.
"Nanti akan dilihat. Ini demplot bagus dan bawang itu tergantung musim, Mei-Juni itu panen optimal. Ini masih uji coba," kata Djoko.
Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu daerah dengan lahan tanaman bawang merahnya cukup besar. Luas panen petani bawang merah bisa mencapai 12.000 hektare (ha) per tahun dengan produktivitas sekitar 12 ton per hektare, sehingga menjadi yang terluas di Jawa Timur.
Varietas bawang merah yang sering ditanam petani di Kabupaten Nganjuk antara lain Tajuk Bauci, Manjung, Trisula Katumi, Philip dan Sanren. Rata-rata produktivitas bawang merah varietas Tajuk dan Bauci bisa mencapai 15 hingga 20 ton per hektare.
Proses produksi bawang merah di Nganjuk dari hulu hingga hilir sudah dilakukan dengan baik, namun kementerian menegaskan perlu diperkuat hilirisasi hingga pengembangan industri olahan dan ekspor.
Aspek hulu produksi bawang merah juga diperkuat dengan pemilihan benih biji unggul TSS sehingga lebih efisien. Pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman juga dilakukan dengan ramah lingkungan. (zlf/zlf)