Jangan remehkan bisnis comblang mencomblang ini. Kenyataannya hingga saat ini perusahaan biro jodoh masih terus muncul. Bahkan sampai ada yang bertahan hingga belasan tahun.
Ibaratnya, jika di dunia masih ada manusia yang butuh bekembang biak maka biro jodoh masih tetap ada. Sebab tidak sedikit orang yang butuh bantuan untuk mencari jodohnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awal mulanya, Esron sendiri mendirikan bisnis advertising dan distribusi media cetak. Namun dia dikenal oleh teman-temannya sebagai mak comblang.
"Teman saya bilang kenapa si kalau dijodohin kamu selalu berhasil mulu, lalu dia bilang kenapa nggak buka biro jodoh saja," ujarnya kepada detikFinance, Kamis (14/2/2019).
Akhirnya dia memutuskan untuk membuka Esron Club yang izinnya masuk dalam perusahaan advertising-nya. Tidak ada modal khusus, sebab basic dari bisnis ini adalah data dari anggotanya.
Setiap anggota yang mendaftar akan dicocokkan dengan lawan jenis yang ada di data juga. Saat ini Esron Club memiliki sekitar 600 anggota.
Nah, yang menjadi modal utama adalah bakat menjadi mak comblang. Lalu juga kemampuan untuk membaca karakter pribadi dari klien. Itu untuk menentukan jodoh yang dibutuhkan oleh kliennya.
"Kunci menjodohkan untuk mempermudah dia harus konsultasi pribadi ke saya. Saya tidak bisa menjodohkan kalau dia tidak bisa membuka diri," ujarnya.
Menurut Esron, pasangan akan cocok jika saling mengisi. Dia mengibaratkan jika yang satu boros maka yang pasangannya harus bisa mengerem.
"Namanya take and give, baut dan mur itu kan selalu beda," ujarnya.
Esron sendiri menetapkan biaya pendaftaran keanggotaan mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 5 juta. Paketnya tergantung dari seberapa banyak calon pasangan yang akan dikenalkan.
Esron mengaku saat ini bisnisnya itu memiliki omzet Rp 25 juta. Kecil sebab terkadang dia juga menerima jika kliennya membayar biaya pendaftaran dicicil.
"Paling biaya operasional yang dibutuhkan nantinya. Tapi kami mengantisipasi misalnya jika kita mau pertemukan 5 pasangan, kita pertemukan di satu restoran yang sama tapi dengan meja yang berbeda," tambahnya.
Sementara menurut Assitant Branch Manager Lunch Actually, Yunita Ridevianti jika ingin terjun di bisnis biro jodoh sebaiknya mengerti tentang psikologis. Namun tidak harus lulusan fakultas psikologi juga.
"Ya memang lebih baik punya latar belakang psikologi. Tapi untuk bisa mengerti dan membaca orang psikologi itu hanya indikator saja. Itu kan cuma membantu untuk menjelaskan tentang manusia tapi dari sisi teori. Tapi kan untuk bisa membaca orang, mengerti orang nggak harus lulusan psikologi juga," ujarnya.
Baca juga: Mengejar Cuan dari Jual Mimpi dan Cinta |
Yunita juga yakin bisnis biro jodoh masih akan terus bertahan meskipun saat ini begitu banyak muncul aplikasi kencan online. Sebab pangsa pasar dari aplikasi biro jodoh adalah mereka para 'jomblo' yang mempunyai banyak waktu untuk mencari pasangan. Melalui aplikasi penggunanya memang harus aktif mencari pasangan yang cocok.
Sementara perusahaan biro jodoh membidik para jomblo yang tak punya waktu untuk mencari pasangan, entah karena kesibukannya atau apapun itu. Selain itu perusahaan biro jodoh juga membantu kliennya untuk mencari pasangan yang sesuai kriteria yang dibutuhkan. Sehingga tidak membuang-buang waktu untuk pergi kencan berkali-kali. (das/eds)