Di sisi lain, Menurut Bayu, seharusnya impor tidak perlu ditakuti, apalagi sampai menyuarakan anti impor, karena lumrah dilakukan dalam perdagangan internasional
"Saya kira impor tidak bisa dihindari disamping kita ingin ekspor. Kalau kita mau ekspor berarti ada negara lain yang impor. Artinya kita tidak boleh anti impor. Kita tidak lagi di zaman yang menjadi impor fobia, takut sama impor. Saya malah khawatir kalau ada yang terlalu bersemangat menjanjikan anti impor, itu tidak realistis," kata Bayu dalam diskusi pangan di Menara Kadin, Kamis (14/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cuma, Bayu mengingatkan pemerintah juga harus memperhatikan kesejahteraan petani. Impor harus dikendalikan agar tidak mengganggu petani.
"Yang jadi masalah adalah siapa yang jadi perhatian kita, kesejahteraan petani. Nah kalau impor-impor banyak kesejahteraan petani yang kena, bagaimana kita bisa tetap impor penuhi impor tapi tidak menunggu kesejahteraan petani," ungkap Bayu.
Menurutnya impor pangan hingga saat ini cukup besar berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Bahkan, apabila dilihat lagi impor tersebut merupakan komoditas pangan inti Seperti jagung dan beras.
"Saya ada angkanya, cukup besar. BPS menunjukkan impor pangan 20 juta ton," tutur Bayu
Dia menambahkan impor memang tidak terlalu diinginkan, apalagi kalau dikaitkan dengan neraca dagang, namun,tidak serta merta negara bisa lepas dari impor.
"Impor adalah sesuatu yang tidak kita senangi. Tapi kalau harus dilakukan ya kita lakukan," kata Bayu.