Rhenald Kasali Bicara Ekonomi RI Lebih Enak Dibanding Masa Lalu

Rhenald Kasali Bicara Ekonomi RI Lebih Enak Dibanding Masa Lalu

Tri Ispranoto - detikFinance
Sabtu, 02 Mar 2019 21:50 WIB
Rhenald Kasali Bicara Ekonomi RI Lebih Enak Dibanding Masa Lalu
Foto: pool
Bandung - Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali melihat ada perubahan pola perekonomian di Indonesia. Saat ini Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengedepankan pemerataan yang tumbuh dari bawah seperti pedesaan dan UMKM.

"Bukan seperti di masa lalu yang dari atas, lewat konglomerat dan sebagainya. Tapi lebih pada ekonomi pedesaan, UMKM. Bahwa yang disebut dengan unicorn itu adalah orkestrasi ekonomi dengan cara baru, sehingga partisipasi rakyat bisa tertampung," ujar Rhenald usai acara Diskusi Publik dan Pembekalan Relawan Jokma Jabar di Kota Bandung, Sabtu (2/3/2019).


Ia menilai partisipasi ekonomi Indonesia sangatlah luas. Kondisi perekonomian Indonesia kini pun dikatakannya lebih baik dibandingkan sebelumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya kira masyarakat perlu memahami bahwa keadaan sekarang, kita merasakan hidup jauh lebih enak," katanya.

Rhenald mengatakan kini mata dunia sedang tertuju pada Indonesia. Sebab secara ekonomi Indonesia sedang mengalami pertumbuhan yang sangat baik.

Contohnya, kata dia, pertumbuhan ekonomi Singapura kini di bawah Indonesia. Satu bayi yang lahir di Singapura memiliki 'utang' sebesar Rp 800 juta, sementara Indonesia hanya Rp 13 juta.

"India pertumbuhannya lebih tinggi dari Indonesia, sekitar 7,7%. Tetapi indeks keyakinan konsumennya di bawah 100, yaitu 95. Artinya masyarakatnya tidak mau spending, masyarakatnya tidak percaya sama ekonomi bangsanya," katanya.

Sementara Indonesia yang pertumbuhan ekonominya 5,1% memiliki tingkat keyakinan untuk berbelanja mencapai 125 poin. "Artinya 25% di atas baseline. Masyarakat kita tuh spending. Masyarakat kita optimistis terhadap hari esok," ucapnya.

Ia tak memungkiri ada dinamika ekonomi yang naik dan turun. Contohnya satu sisi jumlah peminat umrah naik, tapi di sisi lainnya jumlah penerbangan pada Januari turun.


Baginya, itu sebuah anomali karena peak season terjadi di Bulan Desember. Ditambah penerbangan di Indonesia mengenakan biaya kargo dan bagasi. Namun, ia optimis itu semua akan kembali normal.

"Mudah-mudahan setelah diperbaiki harga avtur, beberapa bulan ke depan (jumlah orang yang terbang) naik lagi," ujarnya.

Menurut Rhenald menghadapi pesta demokrasi 2019, baiknya terjadi kampanye yang tidak saling menyakiti. Tapi justru sebaliknya, menumbuhkan kepercayaan masyarakat terkait kebangkitan ekonomi Indonesia.

"Soal beda pilihan itu soal selera, tetapi pilihlah dengan jernih, dengan sehat. Ke depan siapa pun yang menang semua harus saling mendukung. Pesta ini rakyatnya harus bahagia, tidak boleh tertekan. Tidak seperti sekarang, salah-salahin, benci membenci, omongannya tidak enak didengar, sehingga masyarakat jadi gelisah," ujar Rhenald. (ara/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads