Antrian BBM Bukan Karena Kelangkaan

Antrian BBM Bukan Karena Kelangkaan

- detikFinance
Rabu, 21 Sep 2005 20:51 WIB
Jakarta - Antrian masyarakat membeli bahan bakar minyak (BBM) seperti minyak tanah ataupun solar dinilai pemerintah bukan karena kelangkaan. Antrian panjang ini lebih disebabkan adanya upaya sekelompok masyarakar untuk mencari keuntungan karena adanya disparitas harga BBM jenis solar dan minyak tanah yang cukup besar. "Saya telah sidak ke Banjarmasin dan daerah lainnya, saya lihat betul kejadian di lapangan. Apa yang terjadi, mereka sekarang rela mengantri berjam-jam karena nantinya minyak tanah maupun solar yang diperoleh dikumpulkan lalu dijual ke industri," kata Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Rabu (21/9/2005).Ini terlihat dari konsumsi BBM yang biasanya hanya 172.000 kilo liter per hari mendadak meningkat menjadi 184.000 kilo liter per hari. Disparitas harga yang harganya terpaut jauh dimana untuk solar terpaut Rp 1.500 per liter dan untuk minyak tanah yang sebesar berkisar Rp 4500 per liter menjadi primadona dari masyarakat mengantri BBM.Untuk mengatasi antrian ini, pekan lalu Purnomo telah memerintahkan kepada Pertamina untuk menambah pasokannya terhadap daerah yang antrian cukup panjang seperti di Kalimantan, Sumatra dan sebagian Jawa. Kondisi seperti menyebabkan antrian masyrakat telah menjadi mata pencarian baru untuk dijual ke industri yang harganya cukup lumayan. Akibat perbedaan harga ini bahkan beberapa truk pertambangan yang dikenakan aturan untuk membeli solar sesuai harga industri ikut turut mengantri di SPBU yang diperuntukan untuk rakyat kecil. Hal yang sama juga diungkapkan Direktur Utama Pertamina Widya Purnama yang menyatakan, terjadinya antrian minyak tanah dan solar karena adanya kepanikan dan disparitas harga serta komoditas yang disubsidi tapi dijual bebas. "Kami memiliki pangkalan minyak tanah 51.580 pangkalan di seluruh Indonesia. Bila seluruh karyawan Pertamina berkisar 23 ribu untuk mengawal satu pangkalan tidak akan cukup jumlahnya. Untuk itu kami meminta peran aktif dari masyarakat untuk membantu mengawasinya," ujarnya. Stok cadangan minyak untuk Agustus sampai September ini, lanjut Widya, rata-rata mencapai 22,7 hari. "Ini stok paling tertinggi sejak saya menjabat Dirut Pertamina. Saya sendiri sudah menambah stok 10 ribu kilo liter tapi tetap habis juga, kemana," ungkap Widya penuh keheranan. Namun demikian, meskipun pihak Pertamina menambah stok sekitar 10 ribu kilo liter ditambah kelebihan konsumsi BBM sekitar 12 ribu kilo liter tapi pihaknya tetap menjaga kouta BBM yakni sebesar 59,6 juta kilo liter. (mar/)

Hide Ads