Sebagai pemilik Kuok Group, dia mulai merintis bisnis sejak 1968. Tak lama berselang, dia mendirikan Hotel Shangri-La di Singapura pada tahun 1971. Dari sini lah kesuksesannya sebagai miliarder dimulai.
Sementara itu, dikutip dari sucessstory.com, pria ini juga pernah menjadi pegawai kantoran. Kemudian dia menjajal bekerja menjadi juru tulis departemen perdagangan beras di Singapura.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak lama setelah itu, dia mendirikan Co Manufaktur Gula Malaya, yang dengan cepat mendapatkan popularitas. Dia menguasai produksi gula di Malaysia dengan memproduksi 80% gula negaranya dan 10% gula dunia. Dia pun dijuluki, 'raja gula Asia'.
Sebagai pengusaha yang ambisius dan sangat lihai, Kuok tidak berhenti begitu saja. Pada tahun 1971, dia memulai bisnis jaringan hotel, Shangri-la yang kini terkenal dan tersebar di seluruh dunia.
Hingga di usianya ke yang ke 91, Kuok telah memiliki banyak investasi bernilai bisnis besar, yang tersebar di negara Asia, termasuk Indonesia, Australia, Malaysia, Singapura, dan Filipina.
Sedangkan di Indonesia, orang terkaya yakni Robert Budi Hartono dan Michael Hartono memiliki harta berlimpah karena bisnis rokok dan bank. Hartono bersaudara ini fokus menjalankan kerajaan bisnis Djarum dan Bank Central Asia (BCA). Keduanya sama-sama punya kekayaan US$ 18,6 miliar setara Rp 260,4 triliun.
Forbes menyebut, kekayaan mereka naik tahun ini berkat naiknya saham Bank Central Asia. Diketahui keduanya punya saham di Bank Central Asia dan Djarum. 70% kekayannya berasal dari Bank Central Asia.
Baca juga: Adu Kaya Konglomerat Malaysia Vs Indonesia |
Keluarga keturunan Tionghoa yang lahir di Jawa ini merupakan pemilik PT Djarum atau Djarum Group, sebuah konglomerasi yang menggarap banyak sekali lini usaha di berbagai bidang.
Tapi perjuangan keduanya meraih apa yang sudah dimiliki saat ini bukanlah hal yang mudah. Keduanya ditinggal ayah mereka; Oei Wie Gwan, pada usia yang cukup muda, yakni 23 dan 24 tahun. Sejak saat itu pula usaha pabrik rokok kretek bernama Djarum yang telah dijalankan sejak 21 April 1951 oleh ayah mereka harus mereka pegang sendiri.
Tak hanya ditinggal ayahnya, mereka berdua juga harus melanjutkan perjuangan PT Djarum dengan kondisi mengenaskan. Pabrik rokok tersebut terbakar di tahun yang sama dan meninggalkan PT Djarum dalam kesulitan keuangan.
Baca juga: Ini Daftar 10 Orang Terkaya Malaysia |
Hartono bersaudara pun melanjutkan usaha pabrik rokok yang ada di kota Kudus, Jawa Tengah tersebut pada masa mudanya. Berkat naluri bisnis dan ketekunan mereka, Hartono bersaudara akhirnya berhasil membawa perusahaan ini ke posisi yang lebih bergengsi sebagai salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. (kil/zlf)