Jakarta -
Moda Raya Terpadu (MRT) telah resmi beroperasi. Setidaknya, dari 13 stasiun yang membentang dari Jakarta Selatan ke Jakarta Pusat, 7 di antaranya merupakan model rel layang.
Model rel layang MRT sendiri membentang mulai dari Depo Lebak Bulus, hingga menuju Stasiun ASEAN, di Jalan Sisingamangaraja. Salah satu daerah yang dilewati rel layang tersebut adalah daerah Fatmawati, yang cukup dikenal dengan kawasan niaganya. Sepanjang jalan Fatmawati hingga ke Blok M saja berdiri beragam ruko di pinggirnya.
Lalu bagaimana dengan geliat bisnis di bawah rel layang ini, khususnya di dekat stasiun-stasiun MRT sepanjang daerah Fatmawati? detikFinance mencoba menelusurinya.
beberapa pelaku usaha menaruh harapan besar dengan adanya MRT di daerahnya. Seperti Lestari, seorang pemilik kios yang menjual Bakso dan Mie Ayam di samping Stasiun MRT Blok A, menurutnya harapan besar telah ia berikan dengan beroperasinya MRT.
"Kalau ramai ya Alhamdullilah, kalau sepi ya kita syukuri saja rezeki ada yang atur. Tapi kalau saya responsnya positif ya dengan adanya MRT, harapannya ya bisa banyak orang datang," ungkap Lestari saat ditemui di kiosnya, Selasa (26/3/2019).
Setidaknya dia menilai bahwa kiosnya kini lebih terlihat oleh orang banyak. Dari situ menurutnya potensi dagangannya dilirik orang banyak cukup besar.
"Ya sekarang sih sedang lah bertahap tahap ada orang mampir, orang dari kereta-kereta itu liat ada warung bakso, kalau laper makan disini. Waduh kalau dulu coba sempit buanget depan kios saya, belum lagi waktu ada bedeng-bedeng tinggi nutupin toko saya, mana orang mau liat," kisah Lestari.
Hal yang sama diungkapkan Abraham pemilik Toko Martabak Bandung Raya di samping Stasiun MRT Cipete Raya. Dia mengatakan dengan selesainya pembangunan MRT pengunjung pun lebih banyak mendatangi tokonya.
"Pembangunannya sudah jadi ya lumayan lah makin banyak yang datang juga ke kita jadinya. Kalau ditanya ke depannya, kalau saya optimis bisa ramai ya," ungkap Abraham di tokonya.
Lestari pun mengakui omzetnya naik, meski tidak banyak namun dia mengakui kenaikan omzet terjadi setelah pembangunan MRT selesai.
"Dulu mah sehari juga paling Rp 1 juta juga gak nembus, kalau sekarang ya lumayan ada peningkatan sedikit, seenggaknya bisa Rp 1,5 juta apa Rp 2 juta sehari lah," sebut Lestari.
Abraham memprediksi bahwa omzetnya bisa saja meningkat dengan adanya Stasiun MRT yang selesai pembangunannya. Setidaknya, dia memprediksi omzet bulannya bisa menanjak sebanyak Rp 5 juta.
"Sekarang ya lumayan sih ada kenaikannya pas sudah jadi pembangunan MRT. Dulu ya sebulan paling Rp 20 juta, kalau sekarang sih kayanya bisa tembus Rp 25 juta," ungkap Abraham.
Lestari juga menyimpan kisah pilu dibalik pembangunan MRT di daerahnya. Dia mengatakan selama tiga tahun belakangan pembangunan MRT membuat usahanya susah berkembang.
"Semua susah sejak depan kios saya dibedeng tinggi waktu ini (MRT) dibangun. Selama tiga tahun belakangan ini susah banget kita, ini saya ta' sabar aja selama tiga tahun belakangan," ungkap Lestari.
Banyak hal yang dikeluhkannya, mulai dari susahnya gaji pegawai hingga modal yang seret. Bahkan, untuk membeli daging saja dia mengurangi pembeliannya dan membayarnya dengan mencicil.
"Gaji pegawai saja susah, mau beli daging itu saya kurangi. Mana itu saja biasanya saya bayar cash sampe dicicil, belom lagi bayar sewa tempat, prihatin pokoknya," ungkap Lestari.
Menurut Lestari, saat pembangunan MRT, konstruksi yang dilakukan di depan kios sangat mengganggu operasional bisnisnya. Salah satunya karena menyempitkan akses jalan untuk menuju kiosnya.
"Waduh kalau dulu tiga tahun itu ya mau masuk ke sini susah. Lah wong jalannya jadi kecil, motor mau parkir juga susah, orang mau masuk sini juga susah kan, bagaimana nggak sepi," kisah Lestari.
"Belum lagi waktu ada bedeng-bedeng tinggi nutupin toko saya, mana orang mau lihat," sambungnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman