Keduanya memang pernah berkecimpung di dunia perusahaan pelat merah ini. Seperti Sofyan yang bercerita bahwa karir panjangnya sebagai perangkat negara dimulai dari Kementerian BUMN.
Sofyan bercerita masa-masa saat dia diangkat untuk menjadi asisten Menteri BUMN Tanri Abeng. Sofyan berkisah tepatnya tahun 1998 saat itu Indonesia sedang berada dalam krisis pemerintah akibat reformasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tanri Abeng menurutnya mencari orang yang bukan hanya bisa membantunya membentuk kebijakan namun juga bisa menghadapi gelombang demonstran.
"Pak Tanri ilmunya cukup, kecuali kalau menghadapi demonstrasi. Katanya dia cari doktor yang bisa hadapi demonstran, ditawari lah saya. Akhirnya saya diangkat jadi asisten menteri," kisah Sofyan.
Tanri Abeng sendiri kini menjadi ketua panel dewan juri pada gelaran Anugerah BUMN 2019. Sofyan sendiri mengaku datang ke acara itu sebagai tribute alias penghormatan kepada Tanri Abeng.
Bukan hanya Sofyan, Menkominfo Rudiantara pun kenang masa-masa saat berkecimpung dalam BUMN. Rudiantara mengenang saat-saat dirinya selalu menjadi wakil direktur beberapa BUMN.
"Saya tidak pernah jadi Dirut, saya empat kali di BUMN, tiga kali mengundurkan diri. Disuruh jadi Dirut saya tidak mau. Kenapa karena terlalu banyak seremonial, gunting pita, ke DPR, dan lain-lain," kisah Rudiantara.
Rudiantara mengatakan BUMN sekarang sudah cukup baik. Namun dia mengingatkan agar BUMN jangan cuma melihat angka dan proyeksi bisnis saja.
"Alhamdulillah, sekarang BUMN sudah banyak berubah. Tapi kita tidak hanya melihat sebagai hanya angka, terkadang BUMN harus masuk ke wilayah yang tidak menguntungkan," ungkap Rudiantara.
Dalam penganugerahan BUMN terbaik itu sendiri, ratusan orang jajaran BUMN telah berkumpul. Setidaknya, ada 90 BUMN dan anak usaha yang mendaftar pada gelaran penghargaan ini.
Lalu hanya 76 perusahaan yang terpilih seleksi. Nantinya BUMN yang lolos seleksi akan memperebutkan penghargaan untuk 9 kategori.