Kerjaan buzzer terbilang gampang-gampang susah. Kerjanya, menggiring isu supaya publik menangkap apa yang disampaikan. Tak heran, untuk mewujudkan hal tersebut, buzzer bisa mencetak sampai ribuan akun palsu di media sosial.
Sebagai profesi, tentu ada 'harga' yang harus dibayarkan. Lalu, berapa pendapatan mereka dari pekerjaan ini?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara kerjanya, bos Raharja akan menerima order dari klien, atau bisa saja dari tim yang lebih besar untuk event tertentu. Kemudian, order itu dijalankan oleh buzzer.
Selanjutnya, mereka akan memperoleh pendapatan dari kerjanya tersebut dengan beragam indikator sejauh mana isu itu menyebar.
"Simpel sih, itu isu nyebar nggak, udah, simpel. Isu ini nyebar semana, sejauh apa, bisa trending topic nggak, diomongin orang nggak, bisa masuk media lagi nggak," katanya saat ditemui detikFinance, Selasa (2/4/2019).
Dia melanjutkan, sistem pendapatan yang ia terima ialah bulanan, tak berbeda dengan sistem kerja kantoran.
"Kalau sistem bisnisnya kerja aja, bayar gaji bulanan, per project. Tapi biasanya bulanan. Jadi si klien 'nanti gue bayar sebulan', all in, budget segini lu bikin tim. tergantung kebutuhan sih," terangnya.
Baca juga: Internet + Politik = Bisnis Buzzer |
Nilai order ini, lanjutnya, tergantung besar kecilnya isu hingga tenaga yang dikerahkan. Menurutnya, sistem kerja seperti agensi biasa yang meminta order, lalu order itu dibagi-bagi ke pekerja sesuai dengan porsinya.
Rahaja tak bisa merinci nilai order yang biasa diterima oleh atasannya. Meski demikian, dia memperkirakan Rp 50 juta hingga Rp 100 juta untuk tiap proyek isu.
Dari situ, dia bilang, untuk pekerja lapis bawah biasa menerima gaji sebesar UMR per bulan. Lalu, karena dia bertindak sebagai koordinator maka menerima upah lebih besar.
"Kalau tim nggak terlalu tahu pasti, karena yang pegang bos gue (saya), waktu itu gue koordinator doang. Tergantung isu, tapi rata-rata Rp 50 juta- Rp 100 juta, sampai man power 10 orang. Nanti per orang UMR lah, Rp 3,5 juta-Rp 5 juta lah kalau buat yang di bawah. (Kalau koordinator?) Gue kemarin Rp 6 juta," paparnya.
Senada, Co-founder Politicawave Ardy Notowidigdo menuturkan, penghasilan para buzzer berdasarkan temuan tahun 2017 sebesar UMR. "Kalau lihat tahun 2017, kita lihat pendapatan yang mereka dapat perorangan sekitar UMR," ujarnya. (dna/dna)