Mengintip Amunisi Jokowi dan Prabowo untuk Debat Terakhir

Mengintip Amunisi Jokowi dan Prabowo untuk Debat Terakhir

Hendra Kusuma - detikFinance
Jumat, 12 Apr 2019 06:53 WIB
Mengintip Amunisi Jokowi dan Prabowo untuk Debat Terakhir
Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Jakarta - Tak terasa beberapa hari lagi Indonesia akan memiliki presiden dan wakil presiden periode 2019-2024. Seluruh masyarakat Indonesia, khususnya yang sudah memiliki kartu tanda penduduk (KTP) wajib memberikan hak pilih suaranya.

Ada dua kandidat capres dan cawapres yang saat ini tengah berkompetisi untuk menjadi kepala negara di tanah air. Namun, sebelum masuk masa pencoblosan ada beberapa rangkaian yang harus dilalui kedua kandidat.

Selain kampanye, yaitu menyapa seluruh masyarakat Indonesia. Kedua pasangan capres dan cawapres pun harus menyelesaikan rangkaian acara debat. Pada 13 April 2019, merupakan acara debat jilid kelima atau yang terakhir sebelum 17 April 2019 acara pencoblosan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua pasangan pun sudah siap adu peluru mengenai pembahasan ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan dan investasi, serta perdagangan dan industri.

Berikut ulasannya:

Debat capres-cawapres terakhir akan digelar pada 13 April. Kedua pasangan akan bertarung strategi mengenai ekonomi, kesejahteraan sosial, investasi dan keuangan, serta perdagangan dan industri.

Khusus capres petahana, menurut Chief Economist Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih mengatakan, capaian-capaian kinerja pemerintahan kabinet kerja akan menjadi senjata pamungkas dalam debat sesi terakhir itu.

Dia mencontohkan, seperti pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, hingga tingkat inflasi yang berhasil terjaga di level rendah.

"Kalau petahana, apa yang sudah ada sekarang harus dilanjutkan," kata Lana saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Kamis (11/4/2019).

Lana menyebut, pembangunan infrastruktur yang masif masih perlu dilanjutkan agar konektivitas antar wilayah semakin membaik. Mengenai pertumbuhan ekonomi, kata Lana, memang bergerak stagnan di level 5%. Namun, angka tersebut masih bagus jika dibandingkan dengan negara G20.

Dengan ekonomi di 5,17% pada 2018, kata Lana, mengantarkan Indonesia ada di peringkat ketiga, setelah India dan China. Angka tersebut pun berhasil dipertahankan di tengah ketidakpastian ekonomi global.


Pada debat capres dan cawapres terakhir nanti, pasangan nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga akan melayangkan banyak kritik kepada pemerintah.

Anggota Dewan Pakar Badan Pemenangan Nasional (BPN) Drajad Wibowo mengatakan, kritikan yang bakal dilontarkan antara lain, mengenai utang pemerintah, pertumbuhan ekonomi, hingga impor pangan.

"Intinya itu akan disampaikan mereka berdua, seperti yang sering disampaikan mereka berdua," kata Drajad saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Kamis (11/4)2019).

Drajad mencontohkan, capaian pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17% pada 2018 dianggap masih kurang memuaskan dan masih bisa lebih tinggi dari realisasinya.

Menurut Drajad, pada debat terakhir pada 13 April 2019 nanti pasangan Prabowo-Sandi tidak hanya melontarkan kritik tapi juga akan memberikan solusi untuk mengatasi persoalan yang ada.


Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nawir Messi mengatakan, ada 10 isu krusial yang harus diperdebatkan oleh kedua pasangan capres dan cawapres.

"Ada 10 isu yang harus menjadi fokus, yang pertama adalah pengelolaan pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Nawir saat acara Pemanasan Debat Kelima di Jakarta, Kamis (11/4/2019).

Nawir menjelaskan, dalam pengelolaan ekonomi para capres dan cawapres akan dihadapkan dengan situasi dilema. Di mana, pertumbuhan tidak boleh terlalu tinggi dan tidak boleh rendah. Lalu, ekonomi juga harus dilakukan secara kuantitas dan kualitas dalam hal ini merata.

Isu kedua, adalah daya saing investasi. Pemerintah saat ini sudah berinovasi mempermudah proses perizinan berusaha. Namun, hal itu hanya berlaku di pusat, tidak berlaku di daerah.

Isu ketiga, adalah perdagangan dan impor. Menurut Nawir, pemerintah harus memperhatikan peningkatan impor bahan konsumsi yang sudah meningkat ke level 9% dari posisi sekitar lima tahun lalu sekitar 6%.

Isu keempat, adalah deindustrialisasi dini. Harus ada pemetaan industri yang secara tepat demi menggerakkan perekonomian lebih baik lagi. "Industri turun tapi tenaga kerja tidak terserap langsung loncat ke jasa, ini terlalu cepat," ujar dia.

Isu kelima, adalah soal perpajakan. Nawir Messi menjelaskan yang perlu didebatkan adalah mengenai rasio pajak nasional yang pernah di level 15% dan kini turun ke level 9%. Penurunan itu mencerminkan pemerintah masih sulit mengelola sistem perpajakan tanah air.

Isu keenam, adalah mengenai risiko utang luar negeri. Pentingnya isu ini untuk didebatkan kedua pasangan capres dan cawapres karena ada potensi krisis keuangan jika tidak dikelola dengan baik.

Isu ketujuh, adalah kebijakan subsidi energi. Kedua kandidat calon capres dan cawapres harus memulai program energi baru terbarukan, mengingat energi fosil sudah semakin sulit diproduksi.

Isu kedelapan, adalah mengenai revolusi 4.0. Pemerintah harus memutuskan untuk kapan memulai dan kapan mengantisipasinya.

Isu kesembilan, kata Nawi Messi adalah tingkat kemiskinan. Sedangkan isu kesepuluh mengenai pemanfaatan dana desa. Hal ini perlu dijelaskan karena tidak ada perubahan mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat desa.

Hide Ads