Ekspor non migas tercatat naik 13%, sedangkan ekspor migas turun 1,57%. Penurunan ekspor migas disebabkan menurunnya ekspor hasil minyak menjadi US$ 82,4 juta dan ekspor minyak mentah naik menjadi US$ 120,3 juta, sementara ekspor gas naik.
Situasi pertumbuhan ekonomi global yang bergejolak membuat ekspor Indonesia agak susah 'berlari kencang'. Harga komoditas yang masih fluktuatif juga mempengaruhi nilai ekspor Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun 2019 bukan tahun yang mudah. Pertumbuhan ekonomi global diproyeksi akan melambat. Perlu perhatian ke negara-negara tujuan ekspor seperti China, Jepang, India dan Singapura," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Senin (15/4/2019).
Menurut sektor, ekspor non migas hasil industri pengolahan pada Januari-Maret 2019 turun 6,61% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya yang turun 14,08%, sementara ekspor hasil pertanian naik 1,53%.
Suhariyanto bilang, ke depan komoditas-komoditas ekspor utama Indonesia perlu jadi perhatian khusus. Pasalnya komoditas tersebut mengalami volatilitas harga yang cukup tinggi.
"Kita perlu waspadai harga komoditas ekspor utama kita seperti kelapa sawit, karet dan batu bara," ujarnya.
Tonton juga video Ekspor Komoditas Indonesia Meningkat Drastis:
(eds/hns)