-
Maskapai penerbangan berbiaya rendah asal India, Jet Airways mengumumkan untuk menghentikan seluruh penerbangan baik domestik maupun internasional.
Penghentian operasional dilakukan karena perusahaan terlilit utang dalam jumlah besar dan dalam beberapa periode mengalami kerugian dalam neraca keuangannya.
Kok bisa maskapai murah ini terancam bangkrut, bagaimana nasib saham dan para karyawannya? Baca selengkapnya di sini:
Salah satu maskapai penerbangan terbesar di India, Jet Airways menyerah setelah 26 tahun mengudara. Mengutip CNN Business pihak Jet Airways mengumumkan jika ada pembatalan penerbangan karena maskapai tersebut kehabisan dana operasional.
Padahal Jet Airways merupakan maskapai penerbangan yang mendominasi industri penerbangan di India. Maskapai ini didirikan oleh Naresh Goyal yang merupakan seorang agen penjual tiket untuk Lebanon Airlines.
Goyal saat itu juga bekerja untuk maskapai lain sebelum akhirnya mendirikan Jetair yang merupakan layanan penjualan dan pemasaran untuk maskapai asing di India.
Nasib baik berpihak pada Goyal, ketika India mulai membatasi penerbangan untuk asing pada 1991, Goyal mulai mengoperasikan Jet Airways pada beberapa tahun berikutnya yakni Mei 1993. Kemudian dalam waktu dua dekade, ia berhasil membuat Jet Airways sebagai maskapai penerbangan terkemuka di India dengan tujuan luar negeri seperti Singapura, London hingga Amsterdam.
Direktur Konsultasi Penerbangan JLS Consulting John Strickland menjelaskan Naresh Goyal mendirikan perusahaan ini dengan penuh ambisi dan cita cita besar.
"Perusahaan itu akhirnya memantapkan diri dengan reputasi yang baik dan kualitas layanan yang sangat tinggi," ujar Strickland dikutip dari CNN, Jumat (19/4/2019).
Dia menyampaikan ketika muncul pemain baru seperti SpiceJet dan IndiGo pada tahun 2000-an dengan promo besar-besaran, Jet Airways tertatih. Tantangan semakin berat, bandara di India semakin padat, perusahaan penerbangan asing kembali menimbulkan persaingan ketat untuk rute internasional.
"Karena ini Jet mendapatkan tantangan yang sangat berat," ujar dia.
Akibat kondisi itu Jet harus menelan kerugian dan menumpuk utang hingga US$ 1,2 miliar, namun ia tetap bertahan. Akhirnya pada 2013 maskapai penerbangan Abu Dhabi, Etihad Airways membeli 24% saham pada 2013. Uang hasil penjualan saham ini digunakan untuk membeli armada baru karena permintaan yang terus meningkat.
Tahun lalu, Jet Airways masih menyumbang 20% penumpang dari total keseluruhan penerbangan di India. Namun ekonomi semakin bergejolak, mata uang India jatuh ke titik terendah pada 2018 dan mendorong kenaikan biaya bahan bakar yang lebih tinggi.
Ini membuat Jet merasa berat dan akhirnya tak mampu membayar staf dan kreditur. Bulan lalu, Goyal akhirnya dipaksa angkat kaki dari kepengurusan maskapai yang ia bangun sendiri oleh Bank Negara India yang sudah mengalirkan kredit besar ke Jet Airways.
Bank penyalur kredit ke Jet Airways masih mengharapkan ada investor yang mau mengucurkan dana untuk maskapai ini sebelum 10 Mei 2019. Namun peluang Jet Airways untuk bertahan hidup semakin sedikit.
Pada Kamis 2019 saham Jet Airways anjlok 30% dan hanya diperdagangkan di kisaran 164 rupee. Padahal ketika saham itu pertama kali melantai di bursa harganya berada di kisaran 1.100 rupee.
Sejumlah kalangan menyebut runtuhnya Jet Airways ini juga merupakan salah Perdana Menteri India Narendra Modi. Kini Modi sedang maju lagi dalam pemilihan perdana menteri periode berikutnya.
Juru bicara kongres India, Sanjay Jha mengatakan bangkrutnya Jet Airways karena pemerintahan Modi tak mampu untuk menjaga stabilitas ekonomi di India.
"Faktanya Jet Airways runtuh karena pengelolaan ekonomi yang gagal," ujar Sanjay dikutip dari Reuters, Jumat (19/4/2019).
Dia mengungkapkan pemerintahan Modi tak mampu menjaga kestabilan ekonomi dari tekanan ekonomi global dan turunnya harga minyak.
Juru bicara ekonomi pemerintahan Modi, Gopal Krishna Agarwal menjelaskan masalah Jet Airways terjadi murni karena manajemen perusahaan, bukan kesalahan pemerintah.
"Pemerintah tak bisa menjamin perusahaan swasta dan uang publik," ujar Gopal.
Bangkrutnya Jet Airways ini justru membuka peluang untuk maskapai lain. Seperti maskapai berbiaya rendah SpiceJet yang berencana untuk menambah 27 pesawat dalam waktu dua minggu ke depan dan segera meluncurkan 24 penerbangan dari Mumbai dan Delhi.
"Industri penerbangan saat ini memiliki kekurangan layanan. Karena itu SpiceJet berkomitmen untuk memberikan kenyamanan pada penumpang," ujar Chairman SpiceJet Ajay Singh.
Pada Kamis, saham SpiceJet ditutup naik 2,7%. Kemudian saham IndiGo, InterGlobe turun 1,7%. Sementara saham Jet Airways merosot hingga 31,5%.
Runtuhnya perusahaan akan berdampak pada karyawan yang turut menggerakkan roda bisnis perusahaan. Ada karyawan bernama Bhoja Poojari yang sudah bekerja di bagian bagasi selama 26 tahun. Ia mengaku khawatir dengan nasibnya dan nasib karyawan lainnya.
"Saya tidak tahu lagi harus berbuat apa," ujar Bhoja dikutip dari Reuters, Jumat (19/4/2019).
Dia mengatakan, setiap malam tak bisa tidur karena memikirkan masa depan anak-anaknya jika ia tak lagi bekerja. "Saya sampai sekarang belum memberitahu anak-anak, mereka masih terlalu muda. Tapi mereka tahu jika ada sesuatu yang salah di Jet Airways," kata dia.
Memang ribuan karyawan Jet Airways merasa seperti tertampar dengan keputusan penghentian operasional pada Kamis lalu.
CEO Jet Airways Vinay Dube mengungkapkan, proses peralihan saham ke calon investor baru membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Namun Vinay yakin jika maskapai itu akan kembali mengudara. Memang jika perusahaan ini bangkrut akan ada 16.000 pegawai yang menjadi pengangguran.
Puluhan karyawan mengatakan jika mereka sudah empat bulan tak digaji oleh Jet Airways. Hal ini menyebabkan tagihan listrik, cicilan rumah, biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari tak terpenuhi.
Salah seorang insinyur pesawat menyebutkan kondisi ini membuat keluarga mereka tak lagi merasakan kenyamanan.
"Ini adalah masalah besar untuk keluarga saya dan keluarga lainnya," ujar dia.
Sementara itu ketua serikat pekerja Jet Airways Chaitanya Mainkar memprotes dengan menuduh manajemen tak becus mengurus perusahaan dan menyisakan utang dan krisis yang besar untuk maskapai.
"Manajemen tak pernah memberikan transparansi kepada kami," ujar dia.
Pilot pesawat, Kapten Asim Valiani meminta Perdana Menteri Narendra Modi untuk turun tangan mengurus kasus ini. Bulan lalu, Modi sempat meminta bank-bank milik pemerintah untuk menyelamatkan Jet Airways. Hal ini dilakukan agar maskapai besar itu tak bangkrut dan ribuan karyawan tak kehilangan pekerjaan.