Menurut Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Rainier H Daulay penurunan okupansi tersebut paling terasa di daerah Sumatera, Kalimantan, hingga Indonesia bagian Timur. Hal itu telah terjadi sejak awal tahun.
Kata Rainier, biasanya tingkat keterisian hotel di daerah tersebut mencapai 60-70% namun saat ini hanya 30-40% saja gara-gara mahalnya tiket pesawat. Sederhananya, bila ada hotel berkapasitas 100 kamar, tingkat huniannya saat ini hanya 30 kamar, dari sebelumnya bisa mencapai 70 kamar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Rainier menjelaskan untuk hotel di daerah Jawa tak begitu mengalami dampak penurunan keterisian. Pasalnya, daerah tersebut masih dapat dijangkau dengan kendaraan lain.
"Kalau daerah lain sama saja. Tapi kalau Jawa memang ya bisa dijangkau pakai kendaraan lain kan seperti mobil," terang dia.
Sementara itu, ia terus berupaya melakukan komunikasi dengan Kementerian Perhubungan agar dapat mencari jalan keluar. Hanya saja, menurut dia perusahaan maskapai juga perlu untung.
"Kita cari jalan keluar ini kita terus koordinasi. Tapi kan maskapai juga perlu hidup," tutup dia.
Sebagai informasi, Kemenhub sendiri telah mengimbau agar maskapai segera menurunkan harga tiket pesawat. Salah satu caranya dengan membuat aturan tarif batas bawah sebesar 35% dari batas atas.