"Hampir di semua daerah ada hotel-hotel yang gulung tikar. Ini daerahnya yang tidak punya destinasi wisata," tutur Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran, di acara diskusi bisnis PAS FM, Rabu (24/4/2019).
Yusran menyebutkan jumlah hotel yang menghentikan operasionalnya yaitu di bawah 1% dari jumlah hotel se-Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berhentinya operasional hotel-hotel itu terjadi di luar pulau Jawa yang tidak punya destinasi wisata. Karena, di pulau Jawa masih terintegrasi oleh moda transportasi selain pesawat sehingga tidak terkena dampak kenaikan harga tiket pesawat.
"Kalau daerah-daerah lain kan masih bergantung dengan tiket pesawat. Karena yang mengisi ini kan orang-orang dari pusat," katanya.
Daerah di luar pulau Jawa yang tidak memiliki destinasi wisata di antaranya adalah Bengkulu, Jambi, dan lain-lain.
Dengan naiknya harga tiket pesawat orang-orang yang biasa melakukan perjalanan domestik ke daerah akan menahan aktivitasnya. Oleh sebab itu, penurunan okupansi hotel-hotel di daerah yang tidak memiliki destinasi wisata bisa mencapai 40%.
Yusran juga menjelaskan, operasional sebuah hotel akan terus berjalan walau tak adanya pengunjung. Oleh sebab itu, sepinya pengunjung karena mahalnya tiket pesawat membuat hotel-hotel tidak bisa bertahan.
"Imbasnya harga tiket ini mereka jadi tidak bisa bertahan. Karena mereka tidak mampu lagi dengan operational cost," tambah Yusran. (dna/dna)