Setelah dua kasus kecelakaan Boeing 737 Max tersebut, China adalah negara pertama yang menghentikan beroperasinya pesawat tersebut. Seperti yang diketahui, ketiga maskapai tersebut memiliki total 53 unit pesawat Boeing 737 Max.
Air China memiliki 15 unit Boeing 737 Max, China Eastern Airline memiliki 14 unit, dan terakhir China Southern Airlines memiliki Boeing 737 Max terbanyak, yakni 24 unit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Boeing 737 Max yang merupakan pesawat terlaris produksi Boeing mengalami dua kecelakaan besar dalam kurun waktu 4 bulan. Pada Oktober 2018, Boeing 737 Max 8 jatuh dan menewaskan 189 penumpang di bawah maskapai Lion Air itu. Kemudian, pada 10 Maret 2019, Boeing 737 Max 8 yang diterbangkan oleh maskapai Ethiopian Airlines jatuh dan menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 157 orang.
Sejak itu, tak hanya China yang menghentikan operasi Boeing 737 Max. 23 negara yang tersebar di seluruh benua juga menghentikan operasi Boeing 737 Max, termasuk Indonesia.
American Airlines (AAL), Southwest Airlines (LUV), dan Norwegian Air mengalami kerugian sebesar US$ 600 juta atau sebesar Rp 8,6 triliun jika digabungkan. Hal tersebut disebabkan oleh tak adanya penerbangan dan pengiriman logistik yang tertunda dengan Boeing 737 Max.
Kemudian, Norwegian Air, Flydubai, Turkish Air, dan Ryanair dilaporkan juga meminta uang kompensasi kepada Boeing. Hal ini menyebabkan krisis berkelanjutan terhadap Boeing. Dilaporkan pada kuartal-I 2019, laba bersih Boeing turun sebesar 21%.
Pada Maret 2019, Boeing tak menerima satu pun pesanan untuk Boeing 737 Max. Pada kuartal-I 2019, Boeing hanya menjual 10 unit pesawatnya. Padahal di kuartal-I 2018, Boeing memperoleh 112 pesanan.
Tonton juga video Sudah Uji Terbang, Boeing Siap Sertifikasi 737 MAX: