Anggota Ombudsman Alvin Lie menjelaskan, sebelumnya maskapai menjual harga tinggi saat permintaan tinggi seperti Lebaran atau Tahun Baru. Saat permintaan rendah, maskapai bisa menjual tiket murah karena bisa melakukan subsidi silang.
Namun, lantaran tarif batas atas diturunkan, maka potensi pendapatan maskapai saat peak season seperti saat musim mudik lebaran jadi tak terpenuhi. Imbasnya, subsidi yang harusnya bisa dilakukan saat musim sepi jadi tak bisa dilakukan. Sehingga tarif tiket pesawat di musim sepi ikut mahal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, dengan memangkas TBA maka maskapai sulit melakukan subsidi silang. Imbasnya, tarif tiket pesawat justru mendekati batas atas karena tidak fleksibel.
"Giliran mau panen saja batas atas diturunkan. Kalau tidak dapat laba, bagaimana mereka mau cross subsidi," paparnya.
"Ini sulit mau nurunkan harga untuk subsidi, duitnya siapa. Akhirnya semakin tarif batas atas diturunkan semakin tidak fleksibel harga tiket, ya udah bertengger di atas terus," ujarnya.
Menurutnya, sebaiknya batas atas justru dinaikkan. Dengan demikian, maskapai bisa menurunkan harga lebih dalam saat permintaan sedikit.
"Kalau tarif batas atas dinaikkan, saat ramai Lebaran harga tiket akan makin mahal dari sekarang, tapi ketika sepi akan turun signifikan dari sekarang. Ini yang tidak paham berpikirnya Menhub, bukannya merevisi batas atas malah menurunkan, batas bawahnya dinaikkan semakin tidak fleksibel," tutupnya.